Miss Nikaragua Sheynnis Palacios memenangkan kompetisi Miss Universe pada Sabtu (18/11) malam di El Salvador. Ia menjadi perempuan pertama yang memenangkan mahkota Miss Universe dari negaranya.
Palacios adalah seorang ahli komunikasi berusia 23 tahun, yang mengaku ingin bekerja untuk meningkatkan kesehatan jiwa setelah dirinya sendiri menderita serangan kecemasan yang melemahkan.
Miss Thailand, Anntonia Porsild, menjadi runner-up pertama dan Miss Australia, Moraya Wilson, meraih posisi runner-up kedua.
Sebanyak 84 perempuan bersaing memperebutkan mahkota pada kompetisi Miss Universe yang ke-72.
Palacios meraih kemenangan setelah dengan percaya diri menjawab pertanyaan tentang kehidupan sosok perempuan mana yang ingin ia jalani selama setahun. Ia menjawab Mary Wollstonecraft, seorang penulis dan filsuf Inggris abad ke-18. Wollstonecraft adalah pendukung hak-hak perempuan dan dianggap sebagai salah satu pelopor feminism.
Your browser doesn’t support HTML5
Palacios mengatakan, ia ingin berupaya menutup kesenjangan gaji antar gender sehingga perempuan bisa bekerja di bidang apa pun.
Miss Universe terakhir kali diadakan di El Salvador pada 1975. Acara tahun ini merupakan kesempatan lain bagi Presiden Nayib Bukele untuk membanggakan perubahan yang dibuat di bawah pemerintahannya, khususnya dalam meningkatkan keamanan negara.
“El Salvador telah berubah untuk selamanya dan kami telah menunjukkannya lagi,” kata Bukele pada Sabtu malam. “Miss Universe telah memberi kami kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia apa yang kami mampu. Terima kasih telah memilih untuk menjadi bagian dari kelahiran kembali El Salvador.”
Bukele tengah mencalonkan diri kembali dalam pemilu meskipun ada batasan masa jabatan menurut konstitusi. Sosoknya sangat populer berkat tindakan kerasnya terhadap geng-geng kriminal di negara itu. Akan tetapi, ia menghadapi kritik internasional karena mengikis mekanisme checks and balances, yaitu prinsip keseimbangan kekuasaan di negara demokrasi, dan tidak menghormati hak asasi manusia.
Lebih dari 72.000 orang telah ditangkap tanpa proses hukum sejak keadaan darurat diumumkan pada Maret 2022 sebagai respons terhadap meningkatnya kekerasan geng. Kewenangan khusus yang diberikan kepada Bukele pun masih tetap berlaku. [rd/rs]