Padatnya arus mudik sangat tidak nyaman bagi para pemudik, terutama para pemudik cilik yang ikut bersama orangtua mereka.
"Mohon perhatian untuk calon penumpang Mataremaja Lebaran dan Mataremaja AC Ekonomi, untuk berpindah ke jalur selatan sebelah kanan. Jangan sampai ketinggalan kereta. Atas perhatiannya terima kasih."
Demikian pengumuman yang terdengar dari pengeras suara di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Sejak H-7 lebaran, suasana padat calon penumpang yang ingin mudik ke kampung halaman, terlihat di stasiun ini.
Srifa, seorang bocah 4 tahun bersama kakak, dan ibu bapaknya, tampak duduk beralaskan tikar di depan teralis menuju ke peron stasiun, menunggu pengumuman kedatangan kereta ekonomi tujuan Surabaya. Meski terlihat lelah melihat sliweran orang yang berlalu-lalang, Srifa nampak asik bermain bersama kakaknya.
Ibu Yani salah seorang pemudik pengguna kereta mengaku mempersiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat mudik, demi kenyamanan putra-putrinya. "Biasanya, biar anak saya tidak rewel, sebelum berangkat saya tanya mau makan apa. Biasanya anak saya minta rendang. Lalu saya siapkan mainan," tuturnya.
SOS Children’s Villages Indonesia menyatakan keprihatinannya melihat kondisi Stasiun Pasar Senen yang sangat tidak ramah lingkungan terhadap para pemudik, khususnya anak-anak. Farid, salah seorang aktivis SOS berharap pihak PT Kereta Api bisa lebih meningkatkan kenyamanan para pemudik, di setiap stasiun.
"Stasiun Senen ini sudah tidak layak buat anak-anak, karena melebihi kapasitas," ujar Farid. "Kalau kita lihat, mereka harus bertiduran disini, dalam kondisi panas, kemudian sesak, keringatan segala macam. Seharusnya dari pihak perusahaan kereta api di tahun-tahun ke depan dalam melayani mudik ini harus memperhatikan kepentingan anak."
Dengan berbekal peralatan seadanya, beberapa aktivis pemerhati anak yang tergabung dalam Satgas Perlindungan Anak membuat program hiburan anak di lokasi-lokasi mudik. Seperti di stasiun, terminal bis, dan tempat-tempat peristirahatan di sepanjang jalur mudik.
Di antaranya adalah atraksi sulap dan nyanyi bersama di stasiun senen Jakarta dengan menghadirkan Pemerhati Anak Seto Mulyadi yang akrab di sapa Kak Seto
Gufron dari Satgas perlindungan anak menuturkan, ini adalah kegiatan sosialisasi mudik ramah anak. Agar para orang tua mengedepankan kepentingan anak saat mudik.
"Ini adalah rangkaian kegiatan sosialisasi mudik ramah anak," kata Gufron "Kegiatan ini kami lakukan karena berangkat dari keprihatinan banyaknya kecelakaan saat mudik, di mana hampir 50 persen korbannya adalah anak-anak. Makanya kami melakukan sosialisasi aktif membuka posko-posko di jalur mudik. Untuk memberikan pemahaman kepada orang tua, para pengendara roda dua dan roda empat, untuk bisa mengedepankan kepentingan anak saat mudik."
Mereka melakukan aktivitas sosialisasi tersebut mulai H-7 hingga H+7.
Kak Seto meminta pemerintah bisa lebih memperhatikan kepentingan anak-anak yang turut bersama orang tuanya melakukan mudik. Ia juga berharap para orang tua lebih sabar dan tidak emosi saat mudik bersama anak-anaknya, agar anak tidak menjadi trauma.
"Kadang-kadang, anak-anak menjadi sasaran pelampiasan orang dewasa. Kalau anak-anak ikut dilibatkan dalam stress, penuh dengan tekanan, apalagi kalau sampai terjadi kecelakaan, memang akan muncul pengalaman traumatik yang sulit hilang sampai dewasa nanti," ujar Kak Seto.
Kak Seto meminta, "Para orang tua mohon lebih sabar, mohon lebih peduli, penuh senyum."
Demikian pengumuman yang terdengar dari pengeras suara di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Sejak H-7 lebaran, suasana padat calon penumpang yang ingin mudik ke kampung halaman, terlihat di stasiun ini.
Srifa, seorang bocah 4 tahun bersama kakak, dan ibu bapaknya, tampak duduk beralaskan tikar di depan teralis menuju ke peron stasiun, menunggu pengumuman kedatangan kereta ekonomi tujuan Surabaya. Meski terlihat lelah melihat sliweran orang yang berlalu-lalang, Srifa nampak asik bermain bersama kakaknya.
Ibu Yani salah seorang pemudik pengguna kereta mengaku mempersiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat mudik, demi kenyamanan putra-putrinya. "Biasanya, biar anak saya tidak rewel, sebelum berangkat saya tanya mau makan apa. Biasanya anak saya minta rendang. Lalu saya siapkan mainan," tuturnya.
SOS Children’s Villages Indonesia menyatakan keprihatinannya melihat kondisi Stasiun Pasar Senen yang sangat tidak ramah lingkungan terhadap para pemudik, khususnya anak-anak. Farid, salah seorang aktivis SOS berharap pihak PT Kereta Api bisa lebih meningkatkan kenyamanan para pemudik, di setiap stasiun.
"Stasiun Senen ini sudah tidak layak buat anak-anak, karena melebihi kapasitas," ujar Farid. "Kalau kita lihat, mereka harus bertiduran disini, dalam kondisi panas, kemudian sesak, keringatan segala macam. Seharusnya dari pihak perusahaan kereta api di tahun-tahun ke depan dalam melayani mudik ini harus memperhatikan kepentingan anak."
Dengan berbekal peralatan seadanya, beberapa aktivis pemerhati anak yang tergabung dalam Satgas Perlindungan Anak membuat program hiburan anak di lokasi-lokasi mudik. Seperti di stasiun, terminal bis, dan tempat-tempat peristirahatan di sepanjang jalur mudik.
Di antaranya adalah atraksi sulap dan nyanyi bersama di stasiun senen Jakarta dengan menghadirkan Pemerhati Anak Seto Mulyadi yang akrab di sapa Kak Seto
Gufron dari Satgas perlindungan anak menuturkan, ini adalah kegiatan sosialisasi mudik ramah anak. Agar para orang tua mengedepankan kepentingan anak saat mudik.
"Ini adalah rangkaian kegiatan sosialisasi mudik ramah anak," kata Gufron "Kegiatan ini kami lakukan karena berangkat dari keprihatinan banyaknya kecelakaan saat mudik, di mana hampir 50 persen korbannya adalah anak-anak. Makanya kami melakukan sosialisasi aktif membuka posko-posko di jalur mudik. Untuk memberikan pemahaman kepada orang tua, para pengendara roda dua dan roda empat, untuk bisa mengedepankan kepentingan anak saat mudik."
Mereka melakukan aktivitas sosialisasi tersebut mulai H-7 hingga H+7.
Kak Seto meminta pemerintah bisa lebih memperhatikan kepentingan anak-anak yang turut bersama orang tuanya melakukan mudik. Ia juga berharap para orang tua lebih sabar dan tidak emosi saat mudik bersama anak-anaknya, agar anak tidak menjadi trauma.
"Kadang-kadang, anak-anak menjadi sasaran pelampiasan orang dewasa. Kalau anak-anak ikut dilibatkan dalam stress, penuh dengan tekanan, apalagi kalau sampai terjadi kecelakaan, memang akan muncul pengalaman traumatik yang sulit hilang sampai dewasa nanti," ujar Kak Seto.
Kak Seto meminta, "Para orang tua mohon lebih sabar, mohon lebih peduli, penuh senyum."