Muhammad Yunus, Peraih Nobel, akan Pimpin Pemerintahan Sementara Bangladesh

  • Associated Press

Peraih Hadiah Nobel asal Bangladesh, Muhammad Yunus, menyampaikan pidato dalam Global Social Business Summit, yang digelar di Austria Center, Wina, pada 8 November 2012. (Foto: AFP/Alexander Klein)

Peraih Penghargaan Nobel asal Bangladesh, Muhammad Yunus, akan memimpin pemerintahan sementara Bangladesh setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina melarikan diri dari negara itu di tengah pemberontakan massal yang menewaskan ratusan orang dan mendorong negara tersebut ke ambang kekacauan.

Keputusan itu diumumkan pada hari Rabu (7/8) pagi oleh Joynal Abedin, sekretaris pers Presiden Mohammed Shahabuddin, yang datang dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh para petinggi militer, para mahasiswa pengunjuk rasa, para pemimpin bisnis dan anggota masyarakat sipil. Yunus adalah seorang lawan politik lama Hasina. Dia diperkirakan akan segera kembali dari Paris, di mana ia menjadi penasihat panitia penyelenggara Olimpiade, demikian menurut laporan berbagai media.

Sebagai seorang ekonom dan bankir, ia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2006 untuk upayanya dalam mengembangkan pasar kredit mikro. Yunus dipuji karena telah membawa ribuan orang keluar dari kemiskinan melalui Grameen Bank, yang ia dirikan pada tahun 1983, dan memberikan pinjaman kecil kepada para pebisnis yang tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman bank biasa.

BACA JUGA: Bagaimana Demonstrasi Berhasil Gulingkan Pemerintah Bangladesh?

Anggota lain dari pemerintahan baru akan segera diputuskan, setelah berdiskusi dengan partai-partai politik dan para pemangku kepentingan lainnya, kata Abedin. Presiden telah membubarkan Parlemen pada hari Selasa (6/8), membuka jalan bagi pemerintahan sementara dan pemilihan umum yang baru.

Shahabuddin juga memerintahkan pembebasan pemimpin oposisi Khaleda Zia dari tahanan rumah, yang telah lama dihukum atas tuduhan korupsi pada tahun 2018.

Jalanan ibu kota Dhaka terlihat tenang pada hari Selasa, sehari setelah kekerasan melanda sejumlah bagian negara tersebut di tengah pelarian Hasina. Di hari yang sama, para pengunjuk rasa bergembira memadati kediaman pemimpin yang berhasil digulingkan, beberapa di antaranya terlihat berswafoto dengan tentara yang menjaga gedung setelah gelombang penjarahan pada hari Senin (5/8). [th/ab]