Sebuah toko buku di Amerika menyediakan layanan cetak buku sehingga para pemula bisa memulai karirnya sebagai penulis.
Pada satu Minggu siang yang cerah, arus pengunjung memadati sebuah rumah di Alexandria, Virginia, ketika John Saul bertemu penggemar dan menandatangani buku pertamanya, “Candle in the Window (Lilin di Jendela).”
“Ini koleksi syair yang saya kumpulkan selama lebih dari 40 tahun,” ujar Saul, 64. “Jumlahnya 66 dalam buku ini, mulai dari tema humor, anak-anak sampai cinta dan kisah asmara..cukup beragam.”
Ketika pasar perumahan lokal tumbang beberapa tahun lalu, pria bekas manajer konstruksi tersebut merasa waktunya tepat untuk membagi gairah menulisnya dengan dunia. Sayangnya, industri penerbitan lokal tidak mendukung.
“Setelah mendapat selusin surat penolakan dari penerbit, dari mulai percetakan sampai penerbit terkenal, Anda akan merasa frustrasi,” kata Saul. “Anda jadi berpikir, ‘Apakah ini pantas diteruskan?’ Anda jadi meragukan diri Anda sendiri.”
Tahun lalu, Saul mencoba pendekatan yang berbeda. Ia menerbitkan koleksi tulisannya sebagai buku elektronik (e-book).
“Reaksi yang saya dapatkan dari daring cukup mengejutkan, karena orang-orang di seluruh dunia dapat melihatnya, membacanya dan menilainya sendiri,” ujarnya. “Penjualan melalui Internet sangat banyak.”
Tapi tidak semua orang suka buku elektronik.
“Saya mendapat banyak permintaan dari orang-orang yang ingin membaca buku sambil memegangnya di tangan dan bukannya melalui alat elektronik (e-reader)," kata Saul. "Jadi saya ingin membuat mereka tenang.”
Saul menemukan solusinya di toko buku lokal, Politics and Prose, dan alat Espresso Book Machine, yang membuat pelanggan dapat mencetak sendiri buku mereka, lengkap dengan sampul berwarna.
“Mereka dapat membawa dokumen Word mereka dan kami bisa mengubahnya menjadi bentuk PDF, membantu mengubah formatnya,” ujar Bill Leggett, konsultan toko tersebut. “Atau jika bisa, orang boleh membawa sampul dan bukunya dalam format PDF dan kami tinggal mencetaknya.”
Tidak ada proyek yang terlalu besar atau kecil. Harga berkisar antara US$7 per buku, dan tambahan 2 sen per halaman dan cuma perlu beberapa menit untuk mencetak buku tersebut. Sejak diperkenalkan pada November lalu, Espresso Book Machine telah mencetak sekitar 6,000 buku.
“Orang-orang mencetak memoir, sejarah keluarga, manual, materi mengajar,” kata Leggett.
Buku-buku yang diterbitkan sendiri itu dijual juga di toko tersebut dan oleh masing-masing penulis.
John Saul menempelkan brosur mengenai pendantanganan buku di tempat olahraga, perpustakaan dan supermarket. Ia juga membagi-bagikannya kepada khalayak umum, yang membuat Phyllis Clover tahu mengenai "Candle in the Window."
“Saya belum sempat membaca bukunya, tapi saya tidak sudah tidak sabar,” ujar Clover.
John Saul berharap dapat kembali ke Politics and Prose pada akhir tahun, untuk mencetak buku berikutnya.
“Ini koleksi syair yang saya kumpulkan selama lebih dari 40 tahun,” ujar Saul, 64. “Jumlahnya 66 dalam buku ini, mulai dari tema humor, anak-anak sampai cinta dan kisah asmara..cukup beragam.”
Ketika pasar perumahan lokal tumbang beberapa tahun lalu, pria bekas manajer konstruksi tersebut merasa waktunya tepat untuk membagi gairah menulisnya dengan dunia. Sayangnya, industri penerbitan lokal tidak mendukung.
“Setelah mendapat selusin surat penolakan dari penerbit, dari mulai percetakan sampai penerbit terkenal, Anda akan merasa frustrasi,” kata Saul. “Anda jadi berpikir, ‘Apakah ini pantas diteruskan?’ Anda jadi meragukan diri Anda sendiri.”
Tahun lalu, Saul mencoba pendekatan yang berbeda. Ia menerbitkan koleksi tulisannya sebagai buku elektronik (e-book).
“Reaksi yang saya dapatkan dari daring cukup mengejutkan, karena orang-orang di seluruh dunia dapat melihatnya, membacanya dan menilainya sendiri,” ujarnya. “Penjualan melalui Internet sangat banyak.”
Tapi tidak semua orang suka buku elektronik.
“Saya mendapat banyak permintaan dari orang-orang yang ingin membaca buku sambil memegangnya di tangan dan bukannya melalui alat elektronik (e-reader)," kata Saul. "Jadi saya ingin membuat mereka tenang.”
Saul menemukan solusinya di toko buku lokal, Politics and Prose, dan alat Espresso Book Machine, yang membuat pelanggan dapat mencetak sendiri buku mereka, lengkap dengan sampul berwarna.
“Mereka dapat membawa dokumen Word mereka dan kami bisa mengubahnya menjadi bentuk PDF, membantu mengubah formatnya,” ujar Bill Leggett, konsultan toko tersebut. “Atau jika bisa, orang boleh membawa sampul dan bukunya dalam format PDF dan kami tinggal mencetaknya.”
Tidak ada proyek yang terlalu besar atau kecil. Harga berkisar antara US$7 per buku, dan tambahan 2 sen per halaman dan cuma perlu beberapa menit untuk mencetak buku tersebut. Sejak diperkenalkan pada November lalu, Espresso Book Machine telah mencetak sekitar 6,000 buku.
“Orang-orang mencetak memoir, sejarah keluarga, manual, materi mengajar,” kata Leggett.
Buku-buku yang diterbitkan sendiri itu dijual juga di toko tersebut dan oleh masing-masing penulis.
John Saul menempelkan brosur mengenai pendantanganan buku di tempat olahraga, perpustakaan dan supermarket. Ia juga membagi-bagikannya kepada khalayak umum, yang membuat Phyllis Clover tahu mengenai "Candle in the Window."
“Saya belum sempat membaca bukunya, tapi saya tidak sudah tidak sabar,” ujar Clover.
John Saul berharap dapat kembali ke Politics and Prose pada akhir tahun, untuk mencetak buku berikutnya.