Uni Emirat Arab (UEA) membuka kembali kedutaannya di Damaskus setelah tujuh tahun absen dari ibukota Suriah itu. Namun prospek perdamaian masih belum jelas di negara yang hampir delapan tahun dikoyak perang saudara dan terorisme, dan semakin dipengaruhi campur tangan luar negeri. Reporter VOA Zlatica Hoke melaporkan perkembangan terkini mengenai konflik Suriah.
Pasukan koalisi dukungan AS yang ditempatkan di kota Manbij, Suriah Utara, menawarkan rasa aman bagi masayarakat Kurdi di kawasan itu. Namun, sebelumnya bulan ini, pemerintahan Trump mengumumkan penarikan segera pasukan AS dari sana dan Turki telah mengumumkan akan melangsungkan operasi militer terhadap milisi Kurdi YPG yang menguasai kawasan itu.
Sejumlah warga Manbij mengatakan, mereka dikepung Tentara Pembebasan Suriah yang didukung Turki, yang siap melancarkan serangan terhadap mereka setelah pasukan AS pergi.
"Semuanya akan terpaksa mengungsi karena pertempuran, dan Anda tahu bahwa Tentara Pembebasan Suriah itu keji,” kata Radouane Askar, seorang warga Manbij.
Kekhawatiran juga menghinggapi penjaga toko di Manbij bernama Mohammed Jabal. "Kami memohon kepada Tuhan agar kami diberi keamanan dan tidak ada lagi perang, karena kami sudah lelah. Kami telah sering mengungsi dan menderita karena mengungsi dan tinggal di kamp-kamp.”
Hujan lebat dan banjir membuat kamp-kamp pengungsi di Suriah utara tidak layak huni. Kelompok HAM Syrian Observatory for Human Rights menyebut kondisinya luar biasa buruk bagi para pengungsi. Kelompok itu juga mengatakan, organisasi-organisasi bantuan tidak melakukan apa-apa untuk membantu para pengungsi tersebut.
Seorang remaja bernama Firas, pengungsi di salah satu kamp itu, mengungkapkan, "Air banjir memasuki tenda kami dan semua barang kami basah. Sekarang kami tidak punya selimut dan tempat tidur. Sejumlah orang berusaha membuang air yang menggenangi tenda. Kami menyerukan agar organisasi-organisasi HAM membantu kami.”
Kembalinya kedubes Uni Emirat Arab di Damaskus, Kamis, dinilai banyak pihak sebagai kembalinya Presiden Suriah Bashar al-Assad ke dunia Arab. Duta besar Irak untuk Suriah Saad Mohammed menyerukan agar negara-negara Arab membangun kembali hubungan dengan pemerintah Suriah.
"Suriah adalah sebuah negara di pusat dunia Arab, sebuah negara yang memiliki lokasi strategis yang penting di dunia Arab, sehingga Suriah adalah negara yang tidak boleh diabaikan negara-negara Arab. Ini adalah seruan bagi semua negara Arab untuk membuka kembali kedutaan-kedutaan mereka di Damaskus,” kata Mohammed.
Uni Emirat Arab, sekutu AS, termasuk di antara negara-negara Arab yang mendanai para pemberontak yang memerangi pemerintah Assad. Namun para pemimpinnya kini mengatakan, keberadaan mereka di Suriah diperlukan untuk menghentikan apa yang mereka sebut campur tangan regional.
Negara-negara Arab mengkhawatirkan pengaruh Iran di Suriah. Begitupun Israel. Seorang pejabat keamanan Israel mengukuhkan, Kamis, Israel telah membombardir lokasi-lokasi yang diduga digunakan Iran di Suriah untuk mengirim senjata ke kelompok teroris Hezbollah. [ab/uh]