Miliarder teknologi Elon Musk mengklaim berhasil mencegah serangan Ukraina terhadap pangkalan Angkatan Laut Rusia pada tahun lalu dengan menolak permintaan Kyiv untuk mengaktifkan akses internet di Laut Hitam dekat Krimea yang dianeksasi Moskow.
Layanan internet satelit Starlink, yang dioperasikan oleh perusahaan milik Musk, SpaceX, telah dikerahkan di Ukraina tak lama setelah diinvasi oleh Rusia pada Februari 2022.
"Ada permintaan darurat dari otoritas pemerintah untuk mengaktifkan Starlink sampai ke Sevastopol. Tujuan yang jelas adalah untuk menenggelamkan sebagian besar armada Rusia yang berlabuh," kata Musk dalam kiriman teks pada Kamis (7/9) di platform X, yang sebelumnya bernama Twitter.
Kota Sevastopol adalah pangkalan Armada Laut Hitam Rusia di semenanjung Krimea, yang dianeksasi oleh Moskow pada 2014.
“Jika saya menyetujui permintaan mereka, SpaceX secara eksplisit akan terlibat dalam tindakan besar perang dan eskalasi konflik,” kata Musk.
BACA JUGA: Ajak Bangun Akses Internet Murah di Daerah Terpencil, Dua Menteri Temui Elon MuskMusk mengunggah hal itu sebagai tanggapan terhadap kutipan yang diterbitkan dari biografi taipan teknologi yang akan datang oleh Walter Isaacson.
Dalam kutipan yang diterbitkan oleh The Washington Post pada Kamis, Isaacson menulis bahwa pada September tahun lalu, “Militer Ukraina mencoba melancarkan serangan diam-diam terhadap armada Angkatan Laut Rusia yang berbasis di Sevastopol di Krimea dengan mengirimkan enam kapal selam drone kecil yang berisi bahan peledak, dan (drone) itu menggunakan Starlink untuk memandu mereka ke target."
Musk telah "berbicara dengan duta besar Rusia untuk Amerika Serikat... (yang) secara eksplisit mengatakan kepadanya bahwa serangan Ukraina terhadap Krimea akan mengarah pada respons nuklir," tulis Isaacson.
Musk “secara diam-diam menyuruh para insinyurnya untuk mematikan jangkauan dalam jarak 100 kilometer dari pantai Krimea. Akibatnya, ketika kapal selam drone Ukraina mendekati armada Rusia di Sevastopol, mereka kehilangan konektivitas dan terdampar di darat tanpa membahayakan," menurut Isaacson.
Dalam kiriman teks lain pada Kamis, Musk membalas akun Isaacson.
“Wilayah Starlink yang dimaksud tidak diaktifkan. SpaceX tidak menonaktifkan apa pun,” tulis Musk.
BACA JUGA: Militer Jepang Jajaki Penggunaan Satelit Elon Musk, StarlinkMantan presiden dan pejabat keamanan senior Rusia Dmitry Medvedev, menanggapi penjelasan Isaacson tentang insiden tersebut, dan memuji Musk.
"(Musk) prihatin dengan serangan nuklir balasan," kata Medvedev dalam kiriman teks pada X pada Kamis.
"Jika apa yang ditulis Isaacson dalam bukunya benar, sepertinya Musk adalah orang terakhir yang mampu berpikir di Amerika Utara. Atau, paling tidak, di Amerika yang netral gender, dialah yang punya nyali."
Musk pada Kamis juga menyerukan gencatan senjata dalam konflik tersebut.
“Kedua belah pihak harus menyetujui gencatan senjata. Setiap hari, semakin banyak pemuda Ukraina dan Rusia yang mati demi mendapatkan dan kehilangan sebidang tanah kecil, dengan perbatasan yang hampir tidak berubah. Ini tidak sebanding dengan nyawa mereka,” tulisnya. [ah/ft]