Setelah sebelumnya dipandang sebagai konstituen "alami" Partai Republik, Muslim Amerika kini semakin condong ke Partai Demokrat, dan mereka diduga akan memberikan suara dalam jumlah besar untuk kandidat Demokrat Hillary Clinton dalam pemilihan presiden AS pada bulan November.
Dari 3,5 juta Muslim yang diperkirakan tinggal di Amerika Serikat; sekitar sepertiganya adalah orang Amerika keturunan Afrika, sementara sebagian besar Muslim Amerika adalah imigran dari berbagai negara di Asia, Afrika dan Timur Tengah yang memiliki latar belakang konservatif.
Karena banyak imigran Muslim berasal dari negara-negara yang memiliki sistem pemilihan yang kurang demokratis dan tingkat keterlibatan masyarakat yang rendah, mereka tidak memberikan suara dalam jumlah besar. Tapi, kecenderungan itu berubah pada tahun 2000 ketika Muslim Amerika, didorong oleh organisasi advokasi, datang ke TPS untuk mendukung George W. Bush, kandidat Partai Republik.
Tokoh Muslim Amerika Suhail Khan menulis dalam majalah Foreign Policy bahwa "Muslim Amerika umumnya, baik secara sosial maupun ekonomi adalah konservatif" dan oleh karena itu mereka adalah konstituen alami Partai Republik.
Banyak Muslim Amerika memiliki nilai-nilai konservatif Partai Republik yang mendukung keluarga yang kuat dan pernikahan tradisional serta menentang aborsi. Khan mencatat seperempat populasi Muslim AS adalah pemilik usaha kecil yang mendukung kebijakan Partai Republik untuk pajak yang lebih rendah.
Pada tahun 2004, lebih dari 90 persen Muslim Amerika memilih calon Partai Demokrat, John Kerry, sementara pada tahun 2008 dan 2012, pemilih Muslim sangat mendukung Barack Obama, calon Demokrat lainnya, untuk menjadi presiden.
Mengapa begitu banyak Muslim meninggalkan Partai Republik setelah pemilu tahun 2000?
Walaupun Bush berusaha meyakinkan umat Islam setelah serangan 11 September, 2001, bahwa Amerika Serikat tidak berperang melawan Islam, kebijakan dan retorika Republik sejak itu memperkuat persepsi di kalangan Muslim bahwa partai itu adalah sarang Islamophobia.
Robert McCaw adalah anggota Council on American-Islamic Relations (CAIR), sebuah kelompok advokasi di Washington.
"Sayangnya, Partai Republik selama 15 tahun terakhir telah menjadi pusat politik Islamophobia, mengajukan proposal kebijakan anti-Muslim atau undang-undang anti-asing pada setidaknya 10 badan legislatif negara bagian. Ini benar-benar mendorong orang Muslim tidak memilih Partai Republik," kata Robert McCaw.
Sebagian lainnya mengatakan alasan yang lebih kuat mungkin terletak pada bagaimana imigran yang datang ke Amerika Serikat mengembangkan kesetiaan politik sejalan dengan waktu.
Guru besar Studi Islam di Georgetown University, John Esposito, penulis The Future of Islam, telah mempelajari fenomena tersebut.
"Salah satu tren historis, adalah bahwa sering, kelompok etnis ketika mereka pertama kali datang ke sini, misalnya, Italia Amerika dan banyak orang lainnya, cenderung memilih Demokrat, cenderung suka berserikat, dan lain sebagainya," kata John Esposito.
Dengan generasi kedua dan ketiga Muslim dibesarkan di Amerika, jajak pendapat menunjukkan sikap sosial Muslim telah mengalami moderasi dalam beberapa tahun terakhir. Banyak di antara mereka merangkul pandangan progresif yang bertentangan dengan ortodoksi Republik.
Sebuah survei 2011 oleh Pew Research Center menunjukkan semakin banyak Muslim Amerika menerima homoseksualitas dan 68 persen lebih suka pemerintah yang lebih besar, yang memberikan lebih banyak layanan.
McCaw mengutip jajak pendapat lain yang menunjukkan 55 persen Muslim Amerika menggambarkan diri mereka sebagai moderat sementara 26 persen mengidentifikasi diri sebagai liberal.
"Secara tradisional, sejumlah imigran dari Timur Tengah atau Asia Selatan lebih konservatif secara sosial, dan ada tempat bagi mereka di Partai Republik, tetapi saya pikir sebagai orang-orang yang tumbuh dan berkembang di Amerika, mereka pasti mengubah pandangan dan preferensi mereka dari waktu ke waktu, dan yang lebih penting, anak-anak mereka dibesarkan di sini dan mereka mungkin akan memberikan suara yang berbeda dari orang tua mereka," kata McCaw.
Council on American-Islamic Relations dan Council of Muslim Organizations telah meluncurkan kampanye yang disebut "One America Campaign." Mereka berharap dapat mendaftarkan 1 juta pemilih baru, meningkat hampir 300.000 sejak pemilu 2012.
Suara Muslim Amerika masih relatif kecil, tetapi dengan besarnya komunitas Muslim di Florida, Ohio, Virginia, Michigan dan Pennsylvania, aktivis Muslim mengatakan jika jumlah pemilih tinggi, mereka dapat membuktikan pentingnya suara mereka dalam persaingan yang ketat di negara-negara bagian penting yang diperebutkan. [lt]