Muslim di Berbagai Penjuru Dunia Kecam Keras Perlakuan Myanmar Terhadap Rohingya

Aksi protes menentang perlakuan Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingya di Jakarta (Foto: dok).

Nasib buruk Rohingya di Myanmar kembali menjadi sorotan. Puluhan ribu anggota minoritas Muslim Rohingya terpaksa mengungsi dalam beberapa hari terakhir dan sedikitnya 400 di antara mereka tewas dalam bentrokan dengan pasukan pemerintah yang menggelar operasi pembersihan.

Pemerintah yang didominasi penganut ajaran Budha itu tidak mengakui Rohingya sebagai warga negara meski banyak di antara mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi. Mereka yang berhasil mengungsi ke Bangladesh dan negara-negara lain juga tidak diterima denagn baik. Repoter VOA Zlatica Hoke melaporkan, komunitas-komunitas Muslim di Indonesia dan negara-negara lain menuntut perlindungan bagi Rohingya yang tertindas.

Aksi protes menentang perlakuan Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingya kembali di gelar di Jakarta, Senin (5/9). Sejumlah perempuan tampak di antara para demonstran yang berkumpul di luar gedung Kedutaan Besar Myanmar. Andriyani adalah salah seorang di antara mereka.

"Myanmar melakukan tindakan militer terhadap rakyatnya sendiri. Karena semua Muslim bersaudara, kita perduli terhadap situasi di sana dan melakukan apa yang kita bisa untuk membantu mereka. Ini harus berupa tindakan nyata untuk menghentikan itu,” kata Adriyani.

Myanmar adalah negara yang mayoritasnya penduduknya penganut ajaran Budha dan terdiri atas lebih dari 130 kelompok etnik. Namun, pemerintahnya menolak mengakui sekitar satu juta Muslim Rohingya sebagai warga negara, dan menyebut mereka migran dari negara-negara lain.

Hari Minggu lalu, pemerintah menyerang komunitas-komunitas Muslim Rohingya, mencari para pemberontak yang menyerang puluhan pos polisi dan pangkalan militer bulan lalu. Hampir 40 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.

“Kami tidak diserang di jalanan. Kami saat itu berada di dalam rumah. Tentara-tentara itu masuk ke rumah kami dan menembak kami secara membabi buta,” kata Mohammed Irshad, seorang pengungsi Rohingya yang terluka.

PBB menyerukan agar semua pihak menahan diri. Presiden Indonesia Joko Widodo mengirim menteri luar negerinya untuk membahas nasib buruk Rohingya dengan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi. Indonesia memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia.

"Kami menyesalkan aksi kekerasan yang terjadi di negara bagian Rakhine di Myanmar. Perlu aksi nyata, bukan sekedar pernyataan. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus membantu mengatasi krisis kemanusiaan di Myanmar,” kata Presiden Jokowi.

Ikon pejuang kemerdekaan Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi mendapat tekanan untuk menentang dan menghentikan perlakuan keras ini, tapi umumnya ia menghindar untuk membicarakan masalah Rohingya di negaranya. Ia malah menuding kelompok-kelompok kemanusian membantu para pemberontak sehingga menimbulkan kemarahan.

"Saya kira Aung San Suu Kyi telah berhenti melakukan aksi kemanusiaan. Pernyataan yang dikeluarkannya memalukan karena menyokong pandangan militer di masa lalu bahwa LSM-LSM internasional dan kemanusian kemungkinan mendalangi kegiatan teroris,” kata Phil Robertson dari organisasi Human Rights Watch.

Kelompok-kelompok HAM di Myanmar, India dan Australia menggelar demonstrasi yang membela Rohingya. Aksi protes berlangsung di luar gedung parlemen di Canberra, Australia, dan di Grozny, ibukota wilayah Chechnya, yang mayoritas warganya Muslim. [ab/uh]