Bulan Ramadan tahun ini mengungkap semakin pentingnya peran warga Muslim di kota New York, AS, dalam percaturan politik di sana.
WASHINGTON DC —
Christine C. Quinn, ketua Dewan Perwakilan Kota New York dan salah satu kandidat walikota dari Partai Demokrat, baru-baru ini datang ke acara buka puasa di sebuah tempat di Dyker Heights, Brooklyn, New York.
Menikmati sajian buka puasa itu, Christine mengatakan dia terpukau melihat besarnya pengaruh suara warga Muslim dalam pemilu lokal disana.
Christine bukan satu-satunya calon walikota yang hadir dalam acara tersebut. Selain dia, juga ada John C. Liu dan Sal F. Albanese, juga dari Partai Demokrat. Ini juga bukan pertama kalinya bagi mereka menghadiri acara yang dijamu warga Muslim sepanjang masa kampanye.
Acara buka puasa minggu ini tersebut diadakan Federasi Arab Muslim Amerika, sebuah organisasi utama yang mewakili 17 organisasi sipil, pendidikan dan keagamaan. Diperkirakan ada sekitar 105.000 warga Muslim yang terdaftar untuk memilih di kota New York.
Seusai makan buka puasa, Christine diundang berpidato. Ia mengatakan komunitas Muslim kini tampak jelas pada peta politik di New York dan menambahkan bahwa berakhir sudah masa dimana kepentingan dan signifikansi komunitas Muslim diabaikan oleh pemerintah.
Ia bahkan menjanjikan akan menambah dua hari libur sekolah resmi untuk memperingati hari raya Islam – dan ia disambut dengan tepuk tangan dari para peserta buka puasa.
Calon lainnya di acara itu, John Liu, juga berbicara. Mengawali dengan mengucapkan “Assalamu Alaikum”, ia berjanji akan berusaha keras memenangkan pemilihan walikota dan mengubah kota New York.
Sejak serangan teror 11 September 2001, pemerintah Amerika berusaha meyakinkan warga Muslim di Amerika bahwa Amerika tidak melakukan perang terhadap Islam. Sejak 2007, bahkan Kongres Amerika setiap tahun telah meloloskan resolusi untuk menandai dimulainya bulan Ramadan sebagai bentuk solidaritas.
Resolusi tahun ini, yang disponsori anggota Kongres Eddie Johnson dari Partai Demokrat, menyatakan Kongres Amerika pada 14 September 2001 meloloskan resolusi yang mengecam sikap tidak toleran dan kekerasan terhadap orang Amerika keturunan Arab, Muslim di Amerika dan orang Amerika keturunan Asia Selatan.
Resolusi 289 itu juga menyebutkan ada 3.600 umat Muslim yang aktif sebagai tentara dalam militer Amerika dan lebih dari 1.700 lainnya yang menjadi tentara cadangan.
Menikmati sajian buka puasa itu, Christine mengatakan dia terpukau melihat besarnya pengaruh suara warga Muslim dalam pemilu lokal disana.
Christine bukan satu-satunya calon walikota yang hadir dalam acara tersebut. Selain dia, juga ada John C. Liu dan Sal F. Albanese, juga dari Partai Demokrat. Ini juga bukan pertama kalinya bagi mereka menghadiri acara yang dijamu warga Muslim sepanjang masa kampanye.
Acara buka puasa minggu ini tersebut diadakan Federasi Arab Muslim Amerika, sebuah organisasi utama yang mewakili 17 organisasi sipil, pendidikan dan keagamaan. Diperkirakan ada sekitar 105.000 warga Muslim yang terdaftar untuk memilih di kota New York.
Seusai makan buka puasa, Christine diundang berpidato. Ia mengatakan komunitas Muslim kini tampak jelas pada peta politik di New York dan menambahkan bahwa berakhir sudah masa dimana kepentingan dan signifikansi komunitas Muslim diabaikan oleh pemerintah.
Ia bahkan menjanjikan akan menambah dua hari libur sekolah resmi untuk memperingati hari raya Islam – dan ia disambut dengan tepuk tangan dari para peserta buka puasa.
Calon lainnya di acara itu, John Liu, juga berbicara. Mengawali dengan mengucapkan “Assalamu Alaikum”, ia berjanji akan berusaha keras memenangkan pemilihan walikota dan mengubah kota New York.
Sejak serangan teror 11 September 2001, pemerintah Amerika berusaha meyakinkan warga Muslim di Amerika bahwa Amerika tidak melakukan perang terhadap Islam. Sejak 2007, bahkan Kongres Amerika setiap tahun telah meloloskan resolusi untuk menandai dimulainya bulan Ramadan sebagai bentuk solidaritas.
Resolusi tahun ini, yang disponsori anggota Kongres Eddie Johnson dari Partai Demokrat, menyatakan Kongres Amerika pada 14 September 2001 meloloskan resolusi yang mengecam sikap tidak toleran dan kekerasan terhadap orang Amerika keturunan Arab, Muslim di Amerika dan orang Amerika keturunan Asia Selatan.
Resolusi 289 itu juga menyebutkan ada 3.600 umat Muslim yang aktif sebagai tentara dalam militer Amerika dan lebih dari 1.700 lainnya yang menjadi tentara cadangan.