Myanmar dan Bangladesh telah menandatangani kesepakatan pemulangan ratusan ribu orang Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari kekerasan di negara bagian Rakhine, Myanmar. Sejumlah pejabat dari kedua negara mengukuhkan laporan itu.
Myint Kyaing, seorang pejabat tinggi di Kementerian Urusan Tenaga, Imigrasi dan Penduduk Myanmar, dikutip kantor berita Reuters mengatakan, “Kami siap menampung mereka segera setelah Bangladesh mengembalikan formulir-formulir kepada kami."
Formulir yang dimaksud adalah formulir pendaftaran yang harus diisi para Rohingya sebelum dipulangkan. Lebih dari 600 ribu orang Rohingya menyeberangi perbatasan untuk mengungsi di kamp-kamp Bangladesh.
Perkembangan baru ini berlangsung satu hari setelah Menlu AS Rex Tillerson mengatakan, bahwa kekerasan di Rakhine yang menarget Muslim Rohingya tergolong pembersihan etnis.
Pengumuman hari Rabu (22/11) itu menandai untuk kali pertama Departemen Luar Negeri AS menggolongkan kekerasan tersebut sebagai pembersihan etnis.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, Tillerson mengatakan, “Setelah melakukan evaluasi secara hati-jati dan menyeluruh terhadap fakta-fakta yang ada, jelas bahwa situsi di negara bagian Rakhine adalah pembersihan etnis terhadap Rohingya."
Tillerson juga mengungkapkan dalam pernyataannya itu bahwa ia mengunjungi Myanmar 15 November lalu dan secara terpisah menemui penasehat negara Aung San Suu Kyi dan Panglima Militer Jenderal Min Aung Hlaing. Tillerson mengatakan, ia menegaskan komitmen kuat AS terhadap transisi demokrasi yang berhasil di Myanmar sementara pemerintah terpilih Myanmar berusaha melakukan reformasi, mewujudkan perdamaian dan rekonsilaisi , dan mengatasi krisis di Rklahine.
Tillerson juga mengatakan, mereka yang bertanggungjawab atas dituntut pertanggungjawabannya. [ab/uh]