Myanmar telah memberlakukan keadaan darurat dan tiga bulan masa undang-undang darurat perang di daerah bagian utara yang telah menghadapi pertempuran maut antara pasukan pemerintah dan pemberontak suku minoritas.
Langkah itu, yang diumumkan dalam pidato televisi Selasa malam (17/2) oleh Presiden Thein Sein, diambil sementara warga sipil di daerah Kokang terus mengungsi dari pertempuran, yang telah menewaskan sedikitnya 50 tentara dan 26 pemberontak, demikian menurut data pemerintah.
Hari Selasa, dua orang luka-luka ketika konvoi Palang Merah Myanmar terkena tembakan ketika Palang Merah mengangkut warga sipil ke tempat aman di Laukkai, dekat perbatasan China. Tidak jelas siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu, walaupun pemerintah menyalahkan pemberontak.
Media pemerintah Tiongkok menaksir lebih dari 30 ribu penduduk Myanmar telah mengungsi ke seberang perbatasan di provinsi Yunnan di China dalam satu minggu ini, yang mendorong Beijing meningkatkan pengawasan perbatasan dan menyerukan ketenangan di kawasan itu.
Pemberontak Kokang, yang sebagian besar terdiri dari etnis China menghendaki otonomi di daerah bagian utara itu, seperti kelompok-kelompok pemberontak suku lain di daerah-daerah perbatasan Myanmar yang lain.
Pemerintah Myanmar, yang telah menjalani beberapa reformasi sejak 2011, sedang berusaha merundingkan persetujuan perdamaian di seluruh negara itu dengan kelompok-kelompok tersebut menjelang pemilu yang dijadwalkan untuk nanti tahun ini.