Ditolak Masuk Ukraina, Nasib Konvoi Bantuan Rusia Belum Jelas

Konvoi bantuan Rusia terhambat di wilayah utara Rusia yang berbatasan dengan kota Luhanks, Ukraina timur (13/8).

Hampir 300 truk meninggalkan Moskow, Rusia Selasa (12/8), membawa ratusan ton bantuan bagi warga sipil di Ukraina Timur yang dikoyak perang.

Konvoi bantuan Rusia yang bergerak ke Ukraina timur hari Rabu (13/8) terhambat di wilayah utara Rusia yang berbatasan dengan kota Luhanks – Ukraina, sementara muncul kontroversi tentang muatan truk dan tujuan akhirnya.

Gambar-gambar televisi menunjukkan serombongan besar truk diparkir di kota Voronezh, sementara pejabat-pejabat Rusia dan mitra mereka di Ukraina saling lempar tuduhan dan ancaman tentang pengiriman bantuan itu.

Hampir 300 truk yang membawa ratusan ton bantuan bagi warga sipil di Ukraina Timur yang dikoyak perang, meninggalkan Moskow hari Selasa (12/8).

Pejabat-pejabat Ukraina telah mengeluarkan pernyataan yang saling bertolak-belakang tentang apakah konvoi itu akan diijinkan memasuki wilayah Ukraina, dimana pasukan Ukraina kini sedang memerangi kelompok separatis pro-Rusia yang menguasai daerah di perbatasan itu.

Setelah beberapa laporan tentang tercapainya kesepakatan yang memperbolehkan masuknya konvoi tersebut, Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov menyebut konvoi ini sebagai “provokasi oleh penyerang” dan tidak akan mengijinkannya masuk Ukraina.

​Ketua administratif regional Kharkiv Igor Baluta – lewat Facebook – mengatakan konvoi bantuan itu tidak akan melewati perbatasan wilayahnya.

Juru bicara Presiden Ukraina Petro Poroshenko Rabu sore mengingatkan negaranya mungkin menghadapi “invasi langsung berkedok pengiriman bantuan kemanusiaan”.

Yang menambah kerumitan adalah sejauh ini belum ada pernyataan tegas dari Rusia tentang tujuan konvoi itu.

Pemerintah Ukraina – yang menuduh Rusia telah mempersenjatai dan mendukung para pemberontak – telah berulangkali menyampaikan kecurigaan bahwa Rusia akan menggunakan konvoi itu sebagai kedok invasi berskala penuh. Rusia hari Rabu menyebut tuduhan itu “absurd”.

Awal pekan ini pejabat-pejabat Ukraina mengatakan barang-barang Rusia itu hanya diijinkan masuk setelah diperiksa oleh Palang Merah Internasional. Mereka juga mengatakan truk-truk Rusia itu harus memindahkan muatannya di perbatasan ke truk-truk yang disewa Palang Merah Internasional.

Namun, Palang Merah Internasional hari Rabu masih menunggu rincian isi muatan sebelum mengambil tanggungjawab atas barang-barang tersebut.

Pejabat-pejabat kemanusiaan internasional mengatakan sebagian besar wilayah Ukraina Timur – termasuk kota-kota penting Donetsk dan Luhansk – kekurangan obat-obatan, air bersih dan listrik, karena pasukan pemerintah Ukraina melancarkan ofensif guna mengakhiri pemberontakan kelompok separatis pro-Rusia.

Badan HAM PBB hari Rabu mengatakan jumlah korban tewas akibat pertempuran di Ukraina Timur – yang dimulai pertengahan April lalu – tampaknya meningkat dalam dua pekan terakhir, dan hingga 10 Agustus lalu mencapai hampir 2.100 orang.

Dalam perkembangan lainnya Presiden Rusia Vladimir Putin hari Rabu tiba di Krimea – daerah di Semenanjung Laut Hitam yang dikuasai dan dianeksasi dari Ukraina bulan Maret lalu.