Widi Nugroho, lulusan strata dua di Universitas Negeri Sebelas Marat Solo, biasanya merayakan Natal dan liburan bersama dengan seluruh keluarga besarnya yang berasal dari berbagai daerah. Namun, kali ini Yudi memilih merayakan bersama istrinya yang sedang hamil anak ketiga, kedua anak balitanya, dan orang tua yang sudah berusia lanjut. Mereka beribadah secara daring di rumah.
"Ya bedanya itu, lebih sepi, ini kesempatan buat kami untuk saling introspeksi diri di masa pandemi. Semoga ada keajaiban Natal, pandemi bisa segera teratasi,” ucap Widi saat ditemui pada Rabu (23/12).
Sejumlah gereja di Solo memang menerapkan aturan pembatasan sosial dan fisik yang baru, guna mencegah meluasnya perebakan virus corona.
BACA JUGA: Pandemi Berkepanjangan Ubah Tradisi Perayaan Natal KeluargaJuru bicara pengurus gereja Katolik Santo Paulus Solo, Susilo mengatakan pihak gereja membatasi jumlah jemaat dan penghapusan sejumlah agenda Misa ibadah Natal yang melibatkan jemaat gereja berusia anak dan lansia.
"Misa ibadah Natal akan dilangsungkan empat kali. Tanggal 24 ini dua kali, tanggal 25 juga dua kali. Misa anak-anak, misa keluarga, misa jemaat lansia ditiadakan,” ujar Susilo.
Dia menjelaskan pengurus gereja sudah membagikan kartu khusus jemaat yang diizinkan hadir di gereja. Tanpa kartu khusus tersebut, kata Susilo, jemaat tidak bisa masuk ke kompleks gereja. Kartu khusus ini hanya untuk warga dari dalam Kota Solo.
Selain itu, tambah Susilo, pengurus gereja juga menyiapkan teknologi misa ibadah secara daring agar jemaat yang tidak hadir di gereja bisa mengikutinya di rumah masing-masing.
Ada sekitar lima ribu jemaat gereja itu yang biasa menghadiri langsung perayaan Natal. Namun saat pandemi ini pengurus gereja membatasi jumlah jemaat per misa ibadah menjadi sekitar 800 orang dan misa dilakukan selama empat kali dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
BACA JUGA: Penghuni Rumah Lansia Terharu Dapat Hadiah Natal dari Penjuru DuniaAturan 3 M
Mengikuti petunjuk dari Departemen Agama, gereja mensyaratkan semua jemaat mengenakan masker dan memasak tanda khusus di tempat duduk agar ada jarak di antara jemaat yang hadir.
Gereja memberlakukan aturan ketat di mana hanya jemaat yang berusia 10 tahun hingga 50 tahun, tidak dalam kondisi sakit, tidak memiliki penyakit penyerta, dan terdata sebagai jemaat gereja tersebut yang diizinkan mengikut misa secara langsung.
Your browser doesn’t support HTML5
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, Rabu (23/12), menjelaskan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo hanya mengizinkan ibadah Natal dengan syarat tertentu.
"Perayaan Natal tidak ada, yang ada ibadah Natal. Itu pun 50 persen dari kapasitas gereja. Ibadah boleh, ada juga yang lewat virtual. Kalau di gereja aturan prokes ketat. Gereja saya saja aturan masuk dan keluar jemaat ya satu-satu,” jelas Rudy.
Lebih lanjut Rudy menjelaskan akan ada tim Satgas Covid-19 Solo yang melakukan patroli ke berbagai gereja memastikan pelaksanaan protokol kesehatan.
Saat ini, tambah Rudy, ada 170an gereja yang terbagi dalam beberapa kelompok sesuai jumlah jemaat.
Surat Edaran Wali Kota Solo Nomor 067 Tanggal 19 Desember lalu berisi tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Solo. Aturan itu juga mencakup petunjuk perayaan Hari Raya Natal Tahun 2020 di tempat hiburan, tempat wisata, rumah makan/restoran/kafe, toko modern, pusat perbelanjaan, pusat kuliner, gedung pertemuan, hotel, dan fasilitas umum.
BACA JUGA: Paus Fransiskus Langsungkan Misa Malam NatalPohon Natal Unik
Aksesoris seperti pohon Natal yang biasanya beragam dan unik banyak di berbagai hotel dan pusat perbelanjaan, kini jarang terpajang. Hanya ada sejumlah hotel yang masih memajang pohon natal dari bahan unik. Pembuat pohon Natal dari kue tradisional di salah satu hotel bintang lima di Solo, Budi Prasetyo, Selasa (22/12), mengatakan pohon Natal unik berupa kue berwarna-warni dengan taburan gula serbuk sebagai simbol salju menyemarakkan semangat Natal di tengah pandemi.
"Kue tradisional widaran ini hampir mirip mini donat dengan warma warni yang cerah, merah, ungu, hijau, putih, kuning, khas Natal banget. Kami bentuk jadi pohon Natal setinggi hampir 2 meter, tepatnya 180 cm, butuh 5 kilogram roti. Kesan saljunya pakai gula putih bubuk,” ujar Chef Budi. [ys/em]