Hari Senin ini menandai hari terakhir misi NATO di Libya setelah mandat Dewan Keamanan PBB untuk melindungi warga sipil Libya berlaku selama sekitar tujuh bulan.
NATO secara resmi memutuskan menangguhkan misi setelah PBB mencabut mandatnya minggu lalu. Walaupun sebelumnya, para pemimpin sementara Libya telah mendesak NATO untuk terus beroperasi hingga akhir tahun atas kekhawatiran mengenai kondisi keamanan di dalam negeri tersebut.
Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mengatakan Libya menghadapi “sebuah tantangan sulit” untuk menyatukan negara, dan para pemimpinnya memiliki tugas politik rumit yang menanti mereka. Tetapi, berbicara dengan harian The Washington Post, Hillary mengatakan Amerika dan negara-negara lain telah menawarkan bantuan dan akan membantu Libya dalam cara apapun.
Sementara itu, Perdana Menteri sementara Libya Mahmoud Jibril pada hari Minggu mengkonfirmasi adanya senjata-senjata kimia di negaranya. Ia tidak memberi perincian lokasi, tetapi mengatakan perwakilan dari sejumlah organisasi internasional akan tiba minggu ini untuk mengatasi masalah tersebut.