NATO, Rusia Langsungkan Pembicaraan Tingkat Tinggi Terkait Ukraina

Dari kedua kiri Wamenlu AS Wendy Sherman, Sekjen NATO Jens Stoltenberg, Wamenlu Rusia Alexander Grushko, dan Wamenhan Rusia Alexander Fomin di markas NATO, di Brussels, 12 Januari 2022. (Olivier Hoslet, Pool Photo via AP)

Pejabat senior NATO dan Rusia bertemu, Rabu (12/1), dalam usaha menjembatani perselisihan yang tampaknya sulit didamaikan tentang masa depan Ukraina, di tengah skeptisisme mendalam bahwa proposal keamanan yang diajukan Presiden Rusia Vladimir Putin benar-benar ditujukan untuk meredakan ketegangan.

Pertemuan itu terjadi saat berlangsungnya diplomasi berisiko tinggi dan upaya yang dipimpin AS untuk mencegah apa yang diyakini Washington sebagai persiapan invasi Rusia ke Ukraina. Moskow membantah sedang merencanakan serangan. Namun, sejarah aksi militernya di Ukraina dan Georgia mengkhawatirkan NATO.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko dan Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin memimpin delegasi Moskow di pertemuan NATO-Rusia itu, yang pertama kali diadakan dalam waktu lebih dari dua tahun. Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman juga akan berada di markas NATO di Brussels pada saat pertemuan itu berlangsung.

Pertemuan tersebut dijadwalkan berlangsung sekitar tiga jam. Dewan NATO-Rusia, forum utama mereka untuk melangsungkan pembicaraan, dibentuk dua dekade lalu. Dewan itu menghentikan pertemuan rutinnya setelah Rusia mencaplok Semenanjung Krimea, Ukraina, pada 2014. Dewan itu hanya bertemu secara sporadis sejak itu, dan terakhir kali pada Juli 2019.

Wamenhan Rusia Kolonel Jenderal Alexander Fomin, Wamenlu Rusia Alexander Grushko dan Sekjen NATO Jens Stoltenberg di markas Aliansi NATO di Brussels, Belgia, 12 Januari 2022. (REUTERS)

Dengan sekitar 100.000 tentara Rusia siap tempur yang didukung oleh tank, artileri, dan alat berat berkumpul di seberang perbatasan timur Ukraina, pertemuan hari Rabu menjadi sangat penting, namun kemungkinan akan gagal.

''Ini adalah proposal yang sama sekali tidak dapat diterima,'' kata Menteri Pertahanan Estonia Kalle Laanet kepada stasiun televisi ERR pada malam menjelang pembicaraan NATO-Rusia tersebut. Pernyataannya itu merujuk pada proposal keamanan yang diajukan Rusia.

Estonia, seperti tetangganya di Baltik, Latvia dan Lithuania, bergantung pada jaminan keamanan AS yang diberikan karena keanggotaannya di NATO. Ketiga negara Baltik itu pernah diperintah oleh Uni Soviet tetapi sekarang menjadi bagian dari Uni Eropa dan NATO.

Rusia ingin NATO menghentikan semua rencana keanggotaannya, tidak hanya dengan Ukraina. Rusia juga ingin NATO mengurangi kehadirannya di negara-negara seperti Estonia yang dekat dengan perbatasan Rusia. Sebagai gantinya, Rusia akan berjanji untuk membatasi latihan perangnya, serta mengakhiri insiden pemantauan pesawat dan sikap-sikap bermusuhan lainnya. [ab/uh]