Para duta besar dari enam negara Amerika Latin, pada Selasa (8/2), mengecam lelang artefak pra-Hispanik yang akan dilakukan di Prancis. Lelang tersebut menghidupkan kembali kekhawatiran lama yang beredar wilayah itu.
Pernyataan bersama itu muncul sehari setelah Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengecam praktik tersebut sebagai tindakan tidak bermoral setelah lelang besar baru-baru ini.
BACA JUGA: Pendeta Nigeria Selamatkan Artefak Tradisional dari Pemeluk Baru KristenPara duta besar di Paris untuk Ekuador, Guatemala, Meksiko, Panama, Peru dan Republik Dominika mengecam "sekeras-kerasnya" penjualan artefak pra-Hispanik yang diselenggarakan oleh rumah-rumah lelang dalam beberapa hari mendatang.
Dalam pernyataan bersamanya, mereka menyerukan agar lelang-lelang itu dihentikan.
Mereka mengecam hal yang mereka nyatakan sebagai "keberlanjutan dari praktik-praktik yang terkait dengan perdagangan gelap kekayaan budaya, yang merusak warisan, sejarah, dan identitas penduduk asli."
Para duta besar Kolombia, Guatemala, Honduras, Meksiko dan Peru mengajukan permohonan serupa November lalu.
Pada Senin (7/2), Presiden Lopez Obrador dari Meksiko meminta Prancis untuk membuat undang-undang tentang masalah ini, setelah rumah lelang Millon menjual 30 artefak Meksiko pra-Hispanik pada 28 Januari lalu meskipun pihak pemerintah Meksiko sudah memprotes kegiatan tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, Meksiko telah mencoba untuk mendapatkan kembali artefak dari tangan kolektor pribadi di seluruh dunia, yang hanya berhasil sebagian.
Selain menyerukan agar karya seni dikembalikan, Meksiko menuduh rumah mode besar Eropa melakukan perampasan budaya karena mengangkat desain asli untuk pakaian mereka.
Ini adalah bagian dari perdebatan yang sedang berlangsung mengenai etika artefak budaya yang dikuasai oleh museum dan pemilik swasta di bekas penguasa kolonial, dan menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana barang-barang bersejarah itu awalnya diperoleh. [my/jm]