Sejumlah negara asing pada Minggu (15/12) meningkatkan upaya mereka untuk menjalin kontak dengan penguasa sementara Suriah, seminggu setelah para pemberontak yang dipimpin kelompok beraliran Islam menggulingkan kekuasaan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang melarikan diri ke Moskow dan mengakhiri pemerintahannya yang brutal selama puluhan tahun.
Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Suriah termasuk di antara mereka yang telah tiba di ibu kota Suriah.
“Tentu saja kita perlu menegakkan keadilan dan pertanggungjawaban atas kejahatan (yang telah dilakukan),” kata Geir Pedersen di Damaskus. “Dan kita perlu memastikan bahwa itu dilakukan melalui sistem peradilan yang kredibel, dan bahwa kita tidak melihat adanya tindak balas dendam.”
Pedersen menyerukan peningkatan bantuan sesegera mungkin untuk Suriah yang telah dilanda perang, yang disebutnya telah melalui “krisis kemanusiaan yang sangat besar.”
BACA JUGA: Israel Berencana Lipatgandakan Populasinya di Bagian Dataran Tinggi Golan yang Dicaplok dari SuriahIa kemudian bertemu dengan pemimpin kelompok pemberontak Abu Mohammed al-Golani, menurut saluran Telegram kelompok tersebut.
Delegasi Qatar juga telah mendarat di Suriah untuk bertemu dengan para pejabat pemerintah transisi.
Mereka menegaskan kembali komitmen penuhnya “untuk mendukung rakyat Suriah… setelah keberhasilan revolusi mereka,” kata juru bicara Kementerian luar negeri Qatar kepada kantor berita resmi emirat tersebut.
Kementerian itu kemudian mengumumkan bahwa kedutaan besar Qatar akan kembali beroperasi pada Selasa (17/12), 13 tahun setelah ditutup pada tahap awal pemberontakan antipemerintah yang berubah menjadi perang saudara selama bertahun-tahun.
Tidak seperti negara-negara Arab lainnya, Qatar tidak pernah memulihkan hubungan dengan Suriah di bawah kepemimpinan Assad.
BACA JUGA: Utusan PBB Serukan Pencabutan Sanksi untuk Bangun Kembali SuriahSementara itu, pada Sabtu (14/12), Turki, yang merupakan pemain utama dalam konflik Suriah dan memegang pengaruh besar di wilayah barat laut, telah membuka kembali kedutaannya di Damaskus setelah 12 tahun.
Sedangkan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan, London telah menjalin kontak diplomatik dengan kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang memimpin serangan untuk menggulingkan Assad.
Mereka masih merupakan “organisasi teroris terlarang, tetapi kami dapat melakukan kontak diplomatik dan karenanya kami memang melakukan kontak diplomatik,” kata Lammy.
London juga mengumumkan bahwa pihaknya akan mengirimkan bantuan kemanusiaan senilai 50 juta poundsterling (sekitar Rp1 triliun) untuk warga Suriah “yang paling rentan” di Suriah dan di negara tetangganya, Lebanon dan Yordania.
Your browser doesn’t support HTML5
“Kami berkomitmen untuk mendukung rakyat Suriah sementara mereka memetakan arah baru,” kata Lammy.
Pada Sabtu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan negaranya telah menjalin “kontak langsung” dengan HTS, meski telah menetapkan kelompok tersebut sebagai teroris pada tahun 2018.
Sementara itu, Prancis mengatakan tim diplomatiknya yang terdiri dari empat orang akan tiba di Damaskus pada Selasa untuk “merebut kembali kepemilikan real estat kami” serta “membangun kontak awal” dengan pihak berwenang baru, kata penjabat Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot.
Mereka juga akan “mengevaluasi kebutuhan mendesak penduduk (Suriah),” tambahnya. [rd/ka]