Sekjen PBB mengatakan ingin tahu lebih banyak tentang rencana ini dan berharap hal ini akan membantu mencarikan solusi politik yang bisa mengakhiri penderitaan rakyat Suriah.
Sebuah kesepakatan antara Amerika Serikat dan Suriah atas kerangka kerja bagi pengakhiran program senjata kimia Suriah telah menerima dukungan cepat dari negara-negara utama blok Barat.
Perancis memuji persetujuan itu dan Menteri Luar Negeri Laurent Fabius menyebut rencana itu sebuah “langkah maju yang signifikan.”
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan pemerintah Inggris menyambut gembira langkah tersebut dan pekerjaan harus segera dilakukan untuk melaksanakan usul itu.
Fabius dan Hague akan membahas perincian rencana ini dengan Menteri Luar Negeri John Kerry di Paris, Senin (16/9).
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, berkat persetujuan ini, ada peluang untuk mencarikan pemecahan politik terhadap apa yang ia gambarkan sebagai sebuah serangan senjata kimia yang buruk.
Uni Eropa menyuarakan dukungan dan menawarkan bantuan. Kepala urusan luar negeri Catherine Ashton mengatakan sejumlah anggota Uni Eropa memiliki kemampuan teknis untuk membantu mengamankan dan melucuti lokasi senjata kimia di Suriah.
Sementara itu, Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mengatakan ia ingin tahu lebih banyak tentang rencana ini dan berharap hal ini akan membantu mencarikan solusi politik yang bisa mengakhiri penderitaan rakyat Suriah.
Namun rencana ini ditolak oleh Tentara Pembebasan Suriah yang beroposisi. Jenderal Salim Idris mengatakan kelompok yang dipimpinnya tidak bisa menerima rencana itu karena tidak memedulikan pembantaian warga Suriah. Menurutnya, kelompoknya akan terus berjuang melawan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Pemerintah Iran selaku sekutu Suriah mengatakan, karena persetujuan ini Amerika Serikat dan negara-negara tertentu tidak punya alasan lagi untuk menyerang Suriah. Wakil Menteri Luar Negeri Hossein Amir Abdolahian mengatakan usaha harus dilakukan untuk mencegah teroris bersenjata masuk ke Suriah.
Perancis memuji persetujuan itu dan Menteri Luar Negeri Laurent Fabius menyebut rencana itu sebuah “langkah maju yang signifikan.”
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan pemerintah Inggris menyambut gembira langkah tersebut dan pekerjaan harus segera dilakukan untuk melaksanakan usul itu.
Fabius dan Hague akan membahas perincian rencana ini dengan Menteri Luar Negeri John Kerry di Paris, Senin (16/9).
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, berkat persetujuan ini, ada peluang untuk mencarikan pemecahan politik terhadap apa yang ia gambarkan sebagai sebuah serangan senjata kimia yang buruk.
Uni Eropa menyuarakan dukungan dan menawarkan bantuan. Kepala urusan luar negeri Catherine Ashton mengatakan sejumlah anggota Uni Eropa memiliki kemampuan teknis untuk membantu mengamankan dan melucuti lokasi senjata kimia di Suriah.
Sementara itu, Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mengatakan ia ingin tahu lebih banyak tentang rencana ini dan berharap hal ini akan membantu mencarikan solusi politik yang bisa mengakhiri penderitaan rakyat Suriah.
Namun rencana ini ditolak oleh Tentara Pembebasan Suriah yang beroposisi. Jenderal Salim Idris mengatakan kelompok yang dipimpinnya tidak bisa menerima rencana itu karena tidak memedulikan pembantaian warga Suriah. Menurutnya, kelompoknya akan terus berjuang melawan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Pemerintah Iran selaku sekutu Suriah mengatakan, karena persetujuan ini Amerika Serikat dan negara-negara tertentu tidak punya alasan lagi untuk menyerang Suriah. Wakil Menteri Luar Negeri Hossein Amir Abdolahian mengatakan usaha harus dilakukan untuk mencegah teroris bersenjata masuk ke Suriah.