Sebuah laporan yang dikeluarkan hari Senin (15/6) menunjukkan bahwa negara-negara yang diperkirakan akan menghadapi pertambahan jumlah penduduk terbesar dalam tahun-tahun mendatang adalah negara-negara yang paling tidak mampu untuk melayani rakyatnya.
Laporan oleh Population Institute itu menyebut dan menyusun peringkat 20 negara yang menghadapi tantangan demografis paling besar dalam hal kelaparan, kemiskinan, kekurangan air, kerusakan lingkungan, dan ketidak-stabilan politik.
Laporan itu menentukan kerawanan demografis dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan negara memenuhi kebutuhan penduduk yang meningkat, termasuk korupsi, perubahan iklim dan konflik daerah.
Sudan Selatan berada di paling atas dalam daftar 20 negara yang rawan dalam laporan itu. Negara tersebut dinilai "sangat rawan" dalam hal kelaparan, kemiskinan dan ketidak-stabilan.
Negara-negara lain dalam 10 teratas, antara lain, Niger, Burundi, Eritrea, Chad, Republik Demokrasi Kongo, Afghanistan, Yaman dan Sudan.
Laporan itu mengatakan penduduk dunia diperkirakan akan meningkat dari 7,3 milyar ke 9,6 milyar orang atau lebih sebelum tahun 2050. Boleh dikatakan semua pertambahan itu akan terjadi di dunia berkembang, dan banyak dari pertambahan tersebut akan terjadi di negara-negara yang mengalami kesulitan untuk mengurangi kelaparan dan kemiskinan yang parah.
Robert Walker, presiden Population Institute dan penulis utama laporan tersebut, mendesak badan-badan pembangunan internasional dan negara-negara donor agar “mempertimbangkan kecenderungan demografis ini dalam menentukan prioritas bantuan luar negeri mereka. Bantuan darurat sangat penting, tetapi kita tidak dapat meremehkan kebutuhan pembangunan jangka panjang negara-negara ini.”