Ribuan pekerja hotel di sejumlah kota di Amerika Serikat melakukan mogok kerja selama beberapa hari setelah negosiasi kontrak dengan operator hotel Marriott International, Hilton Worldwide, dan Hyatt Hotels menemui jalan buntu, menurut serikat pekerja UNITE HERE pada Minggu (1/9).
UNITE HERE, yang menaungi para pekerja hotel, kasino, dan bandara di seluruh Amerika Serikat dan Kanada, mengatakan lebih dari 4.000 pekerja melakukan aksi mogok di San Francisco, San Jose, Boston dan Greenwich. Para pekerja hotel di beberapa kota lain pun siap bergabung dalam aksi tersebut selama libur akhir pekan menjelang Hari Buruh di AS yang jatuh pada 1 September.
“Pemogokan juga telah mendapat izin dan dapat dimulai kapan saja” di Baltimore, Honolulu, Kauai, New Haven, Oakland, Providence, dan San Diego, kata serikat pekerja itu dalam sebuah pernyataan, menyusul alotnya kesepakatan antara para pekerja dan operator hotel terkait upah dan pengembalian pekerjaan pascapemutusan hubungan kerja (PHK) pada era pandemi COVID-19.
Pada akhir pekan Hari Buruh ini, ribuan pekerja hotel melakukan aksi mogok ketika industri tersebut tengah menghadapi lonjakan jumlah wisatawan, di mana data dari Asosisasi Automobil Amerika Serikat (AAA) menunjukkan peningkatan pemesanan perjalanan domestik sebesar 9% dibandingkan tahun lalu.
Dalam sebuah pernyataan, Hyatt mengatakan mereka kecewa dengan keputusan UNITE HERE untuk melakukan pemogokan.
“Kami berharap dapat terus menegosiasikan kontrak yang adil dan menghargai kontribusi karyawan Hyatt,” ujar Michael D'Angelo, kepala hubungan ketenagakerjaan di Hyatt.
BACA JUGA: Jepang Dorong Para Pekerja untuk Coba Bekerja Empat Hari Per MingguHyatt menambahkan, mereka memiliki rencana kontingensi untuk meminimalisir dampak terhadap operasional hotel terkait dengan potensi pemogokan.
Marriott dan Hilton belum menanggapi permintaan komentar dari kantor berita Reuters.
“Kami tidak akan menoleransi ‘new normal’ (kenormalan yang baru), di mana perusahaan hotel mendapatkan keuntungan dengan mengurangi penawaran kepada para tamu dan mengabaikan komitmen mereka kepada para pekerja,” ujar Presiden UNITE HERE, Gwen Mills, yang menuntut kesepakatan yang lebih baik.
Serikat pekerja itu juga mendesak para wisatawan untuk batal menginap di hotel saat para pekerja sedang melakukan aksi mogok dan menuntut pengembalian uang tanpa penalti.
Para pekerja melaporkan kelelahan, menggambarkan bahwa tiga anggota staf harus menangani pekerjaan empat orang. Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan stres dan rendahnya kualitas layanan.
“Sejak COVID-19, mereka mengharapkan kami memberikan layanan bintang lima dengan staf bintang tiga,” kata seorang pekerja di Marriott’s Palace Hotel di San Francisco kepada serikat pekerja.
Di Baltimore, pekerja hotel menginginkan kenaikan upah dari US$16,20 per jam saat ini menjadi US$20 per jam.
Di Boston, di mana para pekerja hotel mendapat penghasilan US$28 per jam, serikat pekerja mendorong kenaikan gaji sebesar US$10 per jam selama empat tahun ke depan.
Negosiasi kontrak kerja
Pihak manajemen Hilton dan Hyatt telah menyatakan komitmen mereka untuk mencapai kesepakatan yang adil dengan serikat pekerja.
Aksi pemogokan tersebut merupakan bagian dari negosiasi yang lebih luas yang melibatkan 40.000 pekerja hotel Unite Here di 20 kota, yang kontraknya akan berakhir tahun ini.
BACA JUGA: Bubarkan Demo Antipemerkosaan Dokter, Polisi India Tembakkan Gas Air Mata dan Meriam AirNegosiasi untuk kontrak empat tahun yang baru akan dimulai pada bulan Mei 2025.
Pada tahun 2023, Unite Here memenangkan kontrak yang memecahkan rekor sejarah di Los Angeles dan Detroit setelah menggelar pemogokan.
Di Honolulu, 5.000 pekerja hotel keluar, dan menimbulkan dampak pada 10.557 kamar.
Serikat pekerja mengkritik hotel karena menggunakan pandemi COVID-19 sebagai alasan untuk mengurangi staf dan layanan, yang menyebabkan hilangnya pekerjaan dan pendapatan bagi para pekerja.
Kantor berita AFP melaporkan para pekerja yang mogok terlihat melakukan aksi demonstrasi di Boston, dan unjuk rasa lanjutan direncanakan pada hari Senin (2/9). [br/jm/em/rs]
Sejumlah informasi dalam laporan ini berasal dari Reuters, The Associated Press dan Agence France-Presse.