Netanyahu Berencana Minta Tambahan Bantuan AS dalam Pertemuan di Gedung Putih

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan eulogi pada pemakaman Yitzhak Navon, president ke-5 Israel, di Yerusalem, 8 November 2015.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang menuju Washington untuk bertemu dengan Presiden AS Barack Obama pada hari Senin (9/11) di Gedung Putih, yang menjadi pertemuan pertama sejak negara adidaya dunia dan Iran menyetujui perjanjian nuklir yang ditentang keras oleh Israel.

Bahkan sebelum kesepakatan tersebut ditandantangani pada bulan Juli, Netanyahu menekankan bahwa kesepakatan itu merupakan "kesepakatan buruk" dalam pidato di depan Kongres AS yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Rekanku, selama lebih dari satu tahun, kita selalu diingatkan bahwa tidak ada kesepakatan lebih baik daripada ada kesepakatan tapi kesepakatan yang buruk. (Kesepakatan dengan Iran ini) adalah kesepakatan yang buruk. Lebih baik kita tidak mempunyai kesepakatan apapun," ujarnya pada pidato yang disampaikan pada 3 Maret lalu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara di depan Kongres AS di Capitol Hill, Washington, 3 Maret 2015.

Netanyahu berbicara atas undangan Ketua DPR saat itu, John Boehner, sementara pemerintahan Obama berusaha menyelesaikan kesepakatan antara negara-negara P5+1 dan Iran.

Obama membela kesepakatan nuklir

Presiden Obama tidak bertemu dengan Netanyahu saat kunjungannya ke AS tersebut, dengan alasan pemilu yang belum tuntas di Israel. Tapi kurang sebulan setelah kesepakatan Irand tercapai, ia menyampaikan bantahan terhadap kekhawatiran Netanyahu dalam pidato yang ia sampaikan pada 5 Agustus di American University.

“Iran yang dipersenjatai nuklir lebih berbahaya bagi Israel, bagi Amerika dan bagi dunia daripada Iran yang menerima keringanan sanksi," kata Obama. “Saya mengetahui bahwa Perdana Menteri Netanyahu tidak setuju, sangat tidak setuju. Saya tidak meragukannya. Tapi saya yakin ia keliru.”

Hari Minggu (8/11) di Yerusalem, Netanyahu mengatakan pertemuannya dengan Obama akan fokus pada “penguatan keamanan” Israel setelah kesepakatan nuklir dicapai.

Netanyahu mengatakan pada kabinetnya bahwa AS sejak dulu berkomitmen menjaga posisi Israel di tengah-tengah perubahan peta kekuasaan di Timur Tengah.

Kesepakatan nuklir itu menimbulkan ketegangan dalam hubungan Israel dan AS, dengan pernyataan Netanyahu bahwa kesepakatan itu tidak akan menghalangi Iran membuat senjata nuklir yang bisa mengancam keberadaan negara Yahudi.

Kompensasi

Dengan dasar adanya ancaman itu, Netanyahu menginginkan kompensasi dari Amerika.

Ia mengatakan Israel mencari tambahan bantuan militer AS yang besar dalam beberapa dekade mendatang. Paket bantuan tahunan AS untuk Israel saat ini berjumlah $3 miliar, dan pihak berwenang mengatakan Netanyahu berharap mendapatkan jumlah tersebut meningkat hingga $4 atau $5 miliar setiap tahunnya.

Kedua pemimpin tersebut akan berdiskusi tentang kekerasan antara warga Israel dan Palestina yang telah berlangsung selama enam minggu dan dikhawatirkan akan menjadi konflik yang besar. Walaupun kesepakatan damai antara Israel dan Palestina tidak tercapai selama dua periode masa kepemimpinannya, dia dan Netanyahu akan mendiskusikan cara-cara untuk meredakan ketegangan di lapangan. [dw]

Koresponden VOA untuk Gedung Putih Aru Pande berkontribusi terhadap laporan ini.