Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (30/4) berjanji akan melakukan operasi militer di Kota Rafah di Gaza selatan terlepas dari ada tidaknya perjanjian dengan Hamas untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera yang ditahan di Gaza.
“Kami akan memasuki Rafah dan kami akan melenyapkan batalion Hamas di sana – dengan kesepakatan atau tanpa kesepakatan, untuk mencapai kemenangan total,” kata Netanyahu dalam pertemuan dengan keluarga para sandera.
Netanyahu mengatakan pasukan Israel perlu memasuki Rafah untuk dapat mengalahkan Hamas sepenuhnya, yang melakukan serangan terhadap Israel pada bulan Oktober lalu dan menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang.
Lebih dari separuh penduduk Gaza berlindung di Rafah, yang terletak di sepanjang perbatasan antara Gaza dan Mesir.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan kepada pemerintah Israel dan pimpinan Hamas agar segera mencapai kesepakatan guna menghindari perang yang lebih luas.
“Serangan militer terhadap Rafah akan menjadi eskalasi yang tak tertahankan, menewaskan ribuan warga sipil dan memaksa ribuan orang mengungsi. Ini akan berdampak buruk pada warga Palestina di Gaza. Kita akan melihat dampak ini di Tepi Barat yang diduduki dan di seluruh wilayah yang lebih luas,” ujar Guterres.
BACA JUGA: Protes Gaza di Kampus AS Berlanjut, Komisi HAM PBB Sesalkan Penanganan Aparat“Saya meminta kepada semua pihak yang memiliki pengaruh terhadap Israel untuk melakukan apapun yang mereka bisa untuk mencegah serangan itu,” tambahnya.
Guterres menegaskan kembali seruannya untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk Gaza dan mencabut pembatasan, termasuk yang diberlakukan terhadap UNRWA.
Sekjen PBB itu juga mengakui adanya laporan tentang dugaan kuburan massal di “beberapa lokasi” di Gaza, termasuk di kompleks rumah sakit Shifa dan kompleks rumah sakit Nasser.
Gedung Putih pada Senin (29/4) mengatakan bahwa Presiden Joe Biden berjanji untuk bekerja sama dengan Mesir dan Qatar untuk memastikan implementasi dari gencatan senjata yang direncanakan antara Israel dan Hamas.
Dalam percakapan telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi dan Emir Qatar Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, Biden meminta kedua pemimpin untuk melakukan semua yang mereka bisa untuk mendorong pembebasan sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza. [lt/ka/rs]
Koresponden VOA Margaret Besheer berkontribusi dalam laporan ini. Beberapa informasi dalam laporan berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.