Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Minggu (25/2) bahwa ia terus melanjutkan rencana invasi darat di Kota Rafah di Gaza untuk membasmi militan Hamas, bahkan ketika para mediator sedang berupaya untuk melakukan gencatan senjata baru dalam perang yang telah memasuki bulan kelima dan juga menyerukan pembebasan lebih banyak sandera yang ditahan oleh Hamas.
Pemimpin Israel itu mengatakan dia akan mengadakan pertemuan kabinet perang minggu ini untuk “menyetujui rencana aksi operasional di Rafah.” Dia mengatakan dalam acara televisi CBS “Face the Nation” bahwa ketika pasukan Israel memulai operasi di Rafah, di mana kini lebih dari satu juta warga Palestina berlindung, kemenangan di Gaza tinggal menunggu beberapa minggu lagi.
Netanyahu mengatakan tidak jelas apakah kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera akan terwujud dalam perundingan baru di Qatar, dan mengatakan bahwa Hamas perlu “mengambil situasi yang wajar.” Dia mengatakan dia akan bertemu pada Minggu malam waktu setempat untuk meninjau rencana militer ganda yang mencakup evakuasi warga sipil Palestina dari wilayah Gaza di dekat perbatasan dengan Mesir.
Dia mengatakan jika kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata tercapai, invasi Rafah “mungkin akan ditunda, namun serangan akan terjadi. Jika kami tidak mencapai kesepakatan, kami akan tetap melakukannya.”
Amerika Serikat telah menjadi sekutu utama Israel dalam perang melawan Hamas, namun penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada jaringan televisi NBC dalam acara “Meet the Press” bahwa Netanyahu belum memberi tahu Washington mengenai rencananya untuk melakukan serangan terhadap Rafah dan evakuasi warga Palestina.
“Kita berbicara tentang lebih dari satu juta orang yang kini terpaksa mengungsi di area kecil di Gaza karena adanya operasi militer di wilayah lain [di Gaza],” kata Sullivan. “Jadi, kami jelas tidak mempercayai bahwa sebuah operasi — sebuah operasi militer yang besar — harus dilaksanakan di Rafah, kecuali ada rencana yang jelas dan memungkinkan untuk melindungi para warga sipil tersebut, untuk membawa mereka ke tempat aman dan memberi makan, baju serta tempat tinggal bagi mereka. Dan kami belum melihat adanya rencana seperti itu.”
Israel pada Sabtu (24/2) malam setuju untuk mengirim perunding ke Qatar untuk pembicaraan lebih lanjut. Hamas mengatakan pihaknya belum terlibat dalam diskusi terbaru yang dimotori oleh Amerika Serikat, Mesir dan Qatar namun rencana yang dilaporkan tampaknya sebagian besar sesuai dengan tuntutan yang dibuatnya untuk penghentian perang tahap pertama. [lt/jm]
Sejumlah informasi dalam laporan ini berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.