Kini dengan kembali di bukanya kota New York setelah PSBB akibat Covid-19, usaha untuk menyelamatkan pesan-pesan anti rasisme tersebut digalakkan.
“Alasan mengapa kami melestarikan karya-karya seni ini adalah karena ini merupakan kejadian sekali dalam hidup. Setelah kejadian ini kami berharap semua orang akan mendapat kesempatan untuk melihat kembali pesan sosial yang tersirat di dalamnya, oleh para artis yang ingin menampilkan apa yang sedang mereka alami pada masa ini," kata James Cavello, pemilik Westwood Gallery di New York.
James Cavello adalah salah satu pemilik sebuah galeri di SoHo, sebuah daerah di kota New York yang terkena vandalisme dan penjarahan cukup parah pada saat terjadinya aksi unjuk rasa secara nasional.
Satu lagi kelompok yang sebagian besar terdiri dari para seniman pembuat karya seni unjuk rasa tersebut, kini juga sedang berusaha melestarikan pesan-pesan mereka. Trevor Coop adalah salah satu seniman yang turut membantu pelestarian karya seni atas papan tersebut.
“Sebagian besar dari panel tersebut adalah lembaran papan seluas 4x8 kaki dengan lapisan cat tipis di satu sisi, jadi kami selalu menyimpannya saling berhadapan antara permukaan cat dan berusaha agar mereka tidak banyak bergerak saat disimpan.”
Setelah itu karya-karya seni tersebut akan dikemas dengan plastik pelindung dan disimpan di sejumlah basement relawan di daerah SoHo.
BACA JUGA: Pawai LGBT+ dari London ke New York, Serukan Diakhirinya Rasisme“Menurut saya karya-karya seni yang dilukis di papan tersebut menggambarkan pengalaman para seniman pembuatnya sendiri. Kita bisa melihat sejumlah gambar yang menampilkan pemain sepak bola Colin Kaepernick yang juga seorang aktivis hak sipil Amerika. Itu merupakan karya seni unjuk rasa yang khas," katanya.
Sementara karya seni Sule Marquez-Monsanto terkena vandalisme beberapa hari setelah ia melukisnya. Kini ia sedang berusaha untuk membuat kembali pesan-pesannya agar dapat turut disimpan.
“Sepuluh tahun dari sekarang, saya berharap orang-orang akan melihat gambar-gambar yang saya buat dan menyadari bahwa kakek, ayah, paman, saudara-saudara mereka memilih untuk mengambil sikap.”
Your browser doesn’t support HTML5
Satu lagi seniman yang turut berperan adalah Brendan McNally. Ia berharap pesan-pesannya dapat membantu membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik untuk anaknya, Isabel, yang kini berusia lima tahun, dan juga orang-orang lain. Ibunya Isabel berasal dari Arab Saudi dan menurut Brendan keluarganya telah mengalami perlakuan rasisme.
“Saya mengalami proses karantina kemudian melalui aksi unjuk rasa tersebut, rasanya merupakan bagian dari sejarah yang setara signifikan-nya dengan kejadian tahun 1960an, jadi menurut saya penting bagi kita untuk melestarikan pesan-pesan ini dalam bentuk selayaknya," katanya.
Tujuan utama dari usaha sukarela ini adalah untuk membagi pesan-pesan tersebut dengan generasi masa depan dan mendukung pertumbuhan gerakan anti rasisme agar semakin meluas. [aa]