New York Times Dedikasikan Halaman Depan untuk “Korban Covid-19 yang Tak Ternilai”

Rumah layanan pemakaman di Brooklyn, New York. kewalahan menangani banyaknya korban meninggal akibat Covid-19 (foto: ilustrasi).

Jumlah korban meninggal akibat virus corona di Amerika diperkirakan akan melampaui angka 100.000 orang dalam beberapa hari ke depan. Untuk menandai hal itu, halaman depan edisi cetak suratkabar New York Times hari Minggu (24/5) hanya akan diisi dengan nama korban yang meninggal akibat penyakit ini dan rincian singkat tentang mereka, yang diambil dari media di seluruh Amerika.

Berita utama New York Times hari Minggu ini adalah: “Hampir 100.000 Korban di Amerika, Kehilangan Yang Tak Ternilai.”

Menurut Johns Hopkins University, jumlah korban meninggal akibat virus corona di Amerika hari Minggu ini mencapai lebih dari 97.000 orang.

Sementara jumlah orang di seluruh dunia yang telah tertular mencapai lebih dari 5,3 juta orang, termasuk 342.000 korban meninggal.

BACA JUGA: Trump Serukan Pembukaan Kembali Rumah Ibadah, Masyarakat Keagamaan Bersikap Hati-Hati

Tak Ada Kasus Baru Corona di China

China, negara di mana virus corona ini bermula, Sabtu lalu (23/5) melaporkan tidak ada kasus baru di negaranya, yang pertama sejak virus ini merebak Januari lalu.

Pandemi ini telah membuat banyak negara berjuang keras menyelamatkan warga agar tidak tertular, sambil berupaya mengaktifkan kembali kegiatan ekonomi. Perebakan virus ini telah mengganggu perayaan Idul Fitri di seluruh dunia, dan juga peringatan Memorial Day atau Hari Pahlawan di Amerika di mana biasanya jutaan warga berlibur ke pantai dan taman nasional.

Amerika masih menjadi pusat perebakan virus mematikan ini dengan lebih dari 1,6 juta kasus, atau hampir sepertiga dari seluruh kasus di dunia.

Brazil Jadi Pusat Perebakan Baru

Brazil menjadi negara kedua dengan jumlah kasus terbesar setelah Amerika, yaitu 347.000 orang yang tertular. Disusul Rusia dengan hampir 336.000 orang.

“Amerika Selatan telah menjadi pusat perebakan baru penyakit ini,” ujar Michael Ryan, Direktur Program Darurat Badan Kesehatan Dunia WHO. “Brazil jelas menjadi negara yang paling terpapar saat ini,” tambahnya.

BACA JUGA: Trump Pertimbangkan Larang Perjalanan dari Brazil

Menteri Kesehatan Brazil Wanderson de Oliveira hari Minggu (24/5) mengumumkan akan mengundurkan diri Senin ini (25/5). De Oliveira ingin mundur bulan lalu tetapi bertahan atas permintaan menteri kesehatan sebelumnya, Luiz Mendetta, yang kemudian dipecat oleh Presiden Brazil Jair Bolsanaro. Kementerian Kesehatan berbeda pandangan dengan presiden yang menolak rekomendasi pakar-pakar kesehatan demi melindungi perekonomian negara itu.

Brazil dan Meksiko melaporkan jumlah kasus dan kematian dalam jumlah besar hampir setiap hari selama minggu ini, memicu kritik tajam bahwa presiden kedua negara itu gagal memberlakukan kebijakan lockdown yang lebih ketat.

Namun demikian Chili, Ekuador dan Peru telah memberlakukan langkah-langkah pencegahan yang agresif, sementara perebakan terus meluas dan membuat unit-unit gawat darurat di negara-negara itu kewalahan. [em/ii]