Selama berbulan-bulan, Presiden Nigeria Muhammadu Buhari menentang pendevaluasian mata uang Nigeria dan mengatakan ia tidak akan mendukung mata uang naira “dibunuh”.
Sikap itu berubah hari Senin (20/6) ketika bank sentral membiarkan mata uang naira mengambang. Tindakan itu menyebabkan nilai naira turun 30% terhadap dolar, tapi tindakan itu mungkin bisa menyelamatkan Nigeria yang ekonominya tergantung pada minyak dan terancam resesi.
Para ekonom mengatakan mempertahankan nilai mata uang naira agar terus kuat, telah menguras valuta asing negara itu dan membuat investor khawatir. Serangan-serangan terhadap infrastruktur minyak Nigeria yang penting dan dampak minyak serta langkanya valuta asing memperlemah perekonomian terbesar di Afrika itu menjadikan devaluasi tidak terhindarkan.
Yvonne Mhango, pakar ekonomi sub sahara Afrika pada Renaissance Capital, mengatakan devaluasi membantu Nigeria pulih lebih cepat dari kemerosotan.
“Devaluasi menyembuhkan penyakit lebih cepat dan memulihkan keadaan lebih awal” kata Mhango. Ia memperkirakan ekonomi Nigeria akan mengalami resesi sekurangnya 12 bulan.
Minyak adalah ekspor utama Nigeria dan ekonominya diperburuk oleh turunnya harga minyak global sampai 50 dolar per barel dari sekitar 100 dolar dua tahun lalu. [my/al]