Norwegia Usulkan Bantuan $7 Miliar untuk Ukraina

FILE - Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Stoere tiba di Kyiv, Ukraina, untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, 1 Juli 2022. (Foto handout, via Reuters)

Perdana menteri Norwegia, Senin (6/2) mengusulkan paket bantuan $7,3 miliar untuk Ukraina. Ini merupakan unjuk dukungan terbaru dari sekutu-sekutu Ukraina di Eropa, sewaktu negara itu berjuang melawan invasi Rusia.

PM Jonas Gahr Stoere mengatakan kepada wartawan setelah bertemu dengan para pemimpin oposisi bahwa bantuan itu akan dikirim dalam periode lima tahun, dan bahwa pemerintahnya ingin memberikan dukungan tambahan bagi negara-negara lain yang terimbas konflik tersebut.

“Kami mengusulkan agar Norwegia memberi kontribusi yang mengikat dan langgeng untuk Ukraina,” katanya.

Paket bantuan tersebut harus mendapat persetujuan parlemen Norwegia.

The Financial Times Senin melaporkan bahwa Uni Eropa sedang mempersiapkan kemungkinan kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada pekan ini untuk berpidato di Parlemen Eropa.

Para pemimpin Uni Eropa pekan lalu berkunjung ke Kyiv untuk bertemu dengan Zelenskyy dan para pemimpin Ukraina lainnya untuk membahas tanggapan Uni Eropa terhadap invasi Rusia, serta permohonan Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Sejak Rusia melancarkan invasinya hampir satu tahun lalu, Zelenskyy diketahui hanya melakukan satu lawatan keluar Ukraina.

Tentara Ukraina dari Brigade Artileri Berat ke-43 menembakkan howitzer Jerman Panzerhaubitze 2000, yang disebut Tina oleh unit tersebut, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, dekat Bahmut, di wilayah Donetsk, Ukraina, 5 Februari 2023. (REUTERS/Marko Djurica)

Ofensif Rusia

Ukraina hari Minggu (5/2) mengatakan sedang bersiap menghadapi kemungkinan ofensif besar-besaran Rusia bulan ini, yang akan bertepatan waktunya dengan peringatan invasi Rusia pada 24 Februari. Tetapi Ukraina mengatakan memiliki sumber daya untuk menghadang pasukan Moskow.

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan pada konferensi pers bahwa Rusia dapat meluncurkan serangan untuk alasan “simbolis,” meskipun pasukan Moskow tidak siap secara militer.

“Terlepas dari semuanya, kami memperkirakan kemungkinan ofensif Rusia pada Februari,” kata Reznikov. “Ini semata-mata dari sudut pandang simbolisme; ini tidak logis menurut sudut pandang militer, karena tidak semua sumber daya mereka siap. Tetapi mereka tetap melakukannya.”

Reznikov mengatakan ofensif Rusia kemungkinan besar akan dilancarkan di bagian timur – di mana pertempuran telah berpusat di sana selama berbulan-bulan dan Rusia berupaya merebut seluruh wilayah Donbas – atau kemungkinan di selatan, di mana Rusia ingin meluaskan koridor daratnya ke wilayah pendudukan Semenanjung Krimea yang dianeksasi secara ilegal pada tahun 2014.

BACA JUGA: IOC Tolak Kritik 'Fitnah' dari Ukraina

Reznikov memperkirakan Rusia memiliki 12 ribu tentara yang ditempatkan di berbagai pangkalan militer di Belarus, jumlah yang terlalu kecil untuk melancarkan serangan yang signifikan ke bagian utara Ukraina.

Pasukan Rusia telah membuat kemajuan tambahan di bagian timur sementara Moskow berusaha merebut kota Bakhmut yang terkepung, di mana pertempuran telah berkecamuk selama berpekan-pekan.

AS dan negara-negara Barat telah menjanjikan bantuan militer baru bernilai miliaran dolar, termasuk tank-tank dan kendaraan tempur infanteri untuk membantu Ukraina menghadapi serangan baru serta untuk membantu Kyiv melancarkan serangan balasan. [uh/lt]