Asosiasi Nasional Pemilik Senapan Amerika (NRA) terus membela kepemilikan senjata dan hak konstitusi orang Amerika untuk membawa senjata.
WASHINGTON DC —
National Rifle Association (NRA) atau Asosiasi Pemilik Senapan Amerika dikenal sebagai organisasi lobi akar rumput paling berpengaruh di Amerika.
Pada Jumat (21/12), menanggapi penembakan massal minggu lalu di sekolah dasar di Connecticut, kelompok ini meminta pemerintah agar menempatkan petugas keamanan bersenjata di semua sekolah Amerika.
Mereka menentang peraturan baru untuk pengawasan senjata yang didesak banyak warga dan sejumlah anggota Kongres Amerika.
Wayne LaPierre, wakil presiden eksekutif NRA, mengatakan tragedi seperti pembantaian di Sekolah Dasar Sandy Hook pekan lalu dapat dicegah oleh penjaga keamanan bersenjata,.
"Satu-satunya yang dapat menghentikan orang jahat yang bersenjata adalah orang baik yang bersenjata," ujar LaPierre, yang juga menyalahkan film-film dan permainan video yang mempaparkan budaya kekerasan kepada anak-anak Amerika.
Tak lama setelah konferensi pers itu, dua senator dari Partai Demokrat menyebut tanggapan dari kelompok itu terhadap tragedi Newtown adalah memalukan dan siasat penundaan.
Senator Dianne Feinstein mengatakan ia akan mengajukan legislasi yang memberlakukan kembali larangan senjata serbu, menyebut tanggapan NRA itu "hanya sekedar semacam pengalihan perhatian" yang bertujuan mengulur-ulur waktu bagi perundingan nyata tentang pengawasan senjata api.
Senator Richard Blumenthal, yang mewakili Connecticut, menyebut pernyataan NRA "memalukan dan tidak memadai." Ia mengatakan yang didengarnya dari masyarakat Newtown, seluruh warga negarabagian dan rakyat Amerika adalah pemerintah perlu "berbuat sesuatu mengenai senjata api."
Konferensi pers NRA terhenti dua kali oleh pengunjuk rasa yang menyalahkan kelompok itu atas kekerasan bersenjata. Salah seorang pengunjuk rasa mengangkat spanduk ke kamera-kamera yang bertuliskan, "NRA membunuh anak-anak kita."
Selama lebih dari 141 tahun, NRA telah mendorong kepemilikan senjata. Dengan sekitar empat juta orang yang membayar biaya keanggotaan, NRA secara umum diakui sebagai kekuatan politik besar dan sebagai pembela utama hak memiliki senjata sesuai amandemen kedua konstitusi Amerika.
Kathy Kiely, editor pelaksana satu grup yang melacak sumbangan politik dari NRA, mengatakan,“NRA adalah kelompok yang sangat kuat karena mereka memiliki basis keanggotan yang luas di seluruh pelosok Amerika dan juga karena menggalang dana dan menggunakannya dalam cara-cara yang cerdas secara politik.”
Lewat iklan-iklan televisi dan sumbangan ke kampanye politik, para analis mengatakan NRA menyalurkan jutaan dollar setiap tahun untuk melobi anggota Kongres. NRA telah sukses menghadang upaya memberlakukan lagi larangan atas senjata serbu yang kadaluwarsa tahun 2004.
NRA sangat murah hati kepada calon-calon yang mendukung posisi mereka, dan secara aktif menentang pihak-pihak yang mereka anggap sebagai lawan.
“Para pemilik senjata memilih dalam pemilu dan menentang hak kepemilikan senjata adalah politik yang buruk dalam tahun pemilu," ujar Wayne LaPierre, wakil presiden eksekutif NRA.
Penembakan massal baru-baru ini di sekolah dasar di Connecticut, di mana 20 anak dan enam orang dewasa ditembak mati oleh seorang laki-laki bersenjata serbu, telah kembali menyulut debat pengawasan senjata. Para analis mengatakan ini membuat NRA membela diri.
Kini sejumlah sekutu lama NRA mengimbau kelompok itu agar bekerja dengan Kongres untuk menghasilkan peraturan pengawasan senjata yang bijaksana.
“NRA dan para pendukung hak memiliki senjata lainnya tidak salah mengenai semua hal dalam isu ini. Saya pikir mereka tidak salah, tetapi mereka belum pernah bersedia turut serta untuk mencari pendekatan yang masuk akal mengenai kekerasan terkait senjata. Mereka belum pernah mau duduk dan berdiskusi," ujar anggota Kongres John Yarmuth.
Bahkan para penjual senjata, seperti Andrew Raymond di Maryland, menyangsikan posisi NRA sekarang dalam menentang imbauan untuk larangan senjata serbu gaya militer dan amunisi berkapasitas tinggi – seperti yang dipakai dalam penembakan di Connecticut.
“Jika ada 20 anak meninggal karena dibantai, tidak penting betapa besar kekuatan NRA. Hampir dapat disimpulkan bahwa kita akan melihat semacam peraturan yang akan membatasi senjata-senjata ini," ujar Raymond.
Para analis mengatakan kemarahan yang meningkat atas penembakan massal mungkin menjadi titik balik guna melemahkan kekuatan politik NRA yang ingin menghadang peraturan pengawasan senjata yang lebih kuat.
Pada Jumat (21/12), menanggapi penembakan massal minggu lalu di sekolah dasar di Connecticut, kelompok ini meminta pemerintah agar menempatkan petugas keamanan bersenjata di semua sekolah Amerika.
Mereka menentang peraturan baru untuk pengawasan senjata yang didesak banyak warga dan sejumlah anggota Kongres Amerika.
Wayne LaPierre, wakil presiden eksekutif NRA, mengatakan tragedi seperti pembantaian di Sekolah Dasar Sandy Hook pekan lalu dapat dicegah oleh penjaga keamanan bersenjata,.
"Satu-satunya yang dapat menghentikan orang jahat yang bersenjata adalah orang baik yang bersenjata," ujar LaPierre, yang juga menyalahkan film-film dan permainan video yang mempaparkan budaya kekerasan kepada anak-anak Amerika.
Tak lama setelah konferensi pers itu, dua senator dari Partai Demokrat menyebut tanggapan dari kelompok itu terhadap tragedi Newtown adalah memalukan dan siasat penundaan.
Senator Dianne Feinstein mengatakan ia akan mengajukan legislasi yang memberlakukan kembali larangan senjata serbu, menyebut tanggapan NRA itu "hanya sekedar semacam pengalihan perhatian" yang bertujuan mengulur-ulur waktu bagi perundingan nyata tentang pengawasan senjata api.
Senator Richard Blumenthal, yang mewakili Connecticut, menyebut pernyataan NRA "memalukan dan tidak memadai." Ia mengatakan yang didengarnya dari masyarakat Newtown, seluruh warga negarabagian dan rakyat Amerika adalah pemerintah perlu "berbuat sesuatu mengenai senjata api."
Konferensi pers NRA terhenti dua kali oleh pengunjuk rasa yang menyalahkan kelompok itu atas kekerasan bersenjata. Salah seorang pengunjuk rasa mengangkat spanduk ke kamera-kamera yang bertuliskan, "NRA membunuh anak-anak kita."
Selama lebih dari 141 tahun, NRA telah mendorong kepemilikan senjata. Dengan sekitar empat juta orang yang membayar biaya keanggotaan, NRA secara umum diakui sebagai kekuatan politik besar dan sebagai pembela utama hak memiliki senjata sesuai amandemen kedua konstitusi Amerika.
Kathy Kiely, editor pelaksana satu grup yang melacak sumbangan politik dari NRA, mengatakan,“NRA adalah kelompok yang sangat kuat karena mereka memiliki basis keanggotan yang luas di seluruh pelosok Amerika dan juga karena menggalang dana dan menggunakannya dalam cara-cara yang cerdas secara politik.”
Lewat iklan-iklan televisi dan sumbangan ke kampanye politik, para analis mengatakan NRA menyalurkan jutaan dollar setiap tahun untuk melobi anggota Kongres. NRA telah sukses menghadang upaya memberlakukan lagi larangan atas senjata serbu yang kadaluwarsa tahun 2004.
NRA sangat murah hati kepada calon-calon yang mendukung posisi mereka, dan secara aktif menentang pihak-pihak yang mereka anggap sebagai lawan.
“Para pemilik senjata memilih dalam pemilu dan menentang hak kepemilikan senjata adalah politik yang buruk dalam tahun pemilu," ujar Wayne LaPierre, wakil presiden eksekutif NRA.
Penembakan massal baru-baru ini di sekolah dasar di Connecticut, di mana 20 anak dan enam orang dewasa ditembak mati oleh seorang laki-laki bersenjata serbu, telah kembali menyulut debat pengawasan senjata. Para analis mengatakan ini membuat NRA membela diri.
Kini sejumlah sekutu lama NRA mengimbau kelompok itu agar bekerja dengan Kongres untuk menghasilkan peraturan pengawasan senjata yang bijaksana.
“NRA dan para pendukung hak memiliki senjata lainnya tidak salah mengenai semua hal dalam isu ini. Saya pikir mereka tidak salah, tetapi mereka belum pernah bersedia turut serta untuk mencari pendekatan yang masuk akal mengenai kekerasan terkait senjata. Mereka belum pernah mau duduk dan berdiskusi," ujar anggota Kongres John Yarmuth.
Bahkan para penjual senjata, seperti Andrew Raymond di Maryland, menyangsikan posisi NRA sekarang dalam menentang imbauan untuk larangan senjata serbu gaya militer dan amunisi berkapasitas tinggi – seperti yang dipakai dalam penembakan di Connecticut.
“Jika ada 20 anak meninggal karena dibantai, tidak penting betapa besar kekuatan NRA. Hampir dapat disimpulkan bahwa kita akan melihat semacam peraturan yang akan membatasi senjata-senjata ini," ujar Raymond.
Para analis mengatakan kemarahan yang meningkat atas penembakan massal mungkin menjadi titik balik guna melemahkan kekuatan politik NRA yang ingin menghadang peraturan pengawasan senjata yang lebih kuat.