Presiden Barack Obama ingin meyakinkan rakyat Amerika mengenai upaya untuk memerangi terorisme dan mendesak mereka agar tidak takut. Dalam pidato nasional yang ditayangkan televisi Minggu malam, Obama membeberkan strateginya untuk membuat negara tetap aman, kurang dari sepekan setelah pembunuhan massal di California yang disebut presiden sebagai tindak terorisme.
Para penyelidik meyakini pembantaian di San Bernardino terinspirasi oleh kelompok militan Negara Islam (ISIS). Serangan itu dilancarkan oleh Syed Farook, warga kelahiran Amerika, dan istrinya yang kelahiran Pakistan, Tashfeen Malik.
Dalam pidato nasionalnya, Presiden Barack Obama menyebut motif pembantaian itu.
"Jelaslah bahwa kedua orang itu telah menempuh jalan gelap radikalisasi yang memutarbalik penafsiran Islam dan menyerukan perang melawan Amerika dan Barat. Mereka menimbun senapan serbu, amunisi dan bom-bom pipa. Jadi ini adalah tindak terorisme," kata Presiden Obama.
Obama mengatakan Biro Investigasi Federal tidak menemukan bukti bahwa suatu kelompok teror mengarahkan serangan itu atau bahwa serangan tersebut adalah bagian dari konspirasi yang lebih luas di dalam negeri.
Militan ISIS di luar Amerika menyebut pasangan suami istri itu sebagai “pendukung” mereka.
Sementara Amerika semakin menekan para teroris di luar negeri, kata Obama, ancaman mereka telah berubah.
"Sementara kita lebih baik lagi dalam menghadapi serangan yang kompleks dan beragam aspek seperti pada 11 September, para teroris berpaling ke tindak kekerasan yang tidak begitu rumit seperti penembakan massal yang telah begitu sering terjadi di tengah masyarakat kita," lanjutnya.
Dalam upaya menenangkan rakyat Amerika, Obama menguraikan strateginya untuk memerangi terorisme di dalam dan di luar negeri.
Ia bertekad Amerika akan terus menekan ISIS di Irak dan Suriah, memperkuat koalisi yang dipimpin Amerika untuk mengalahkan ekstremis, dan mengupayakan transisi politik di Suriah.
Ia berjanji militer Amerika akan terus memburu para pemimpin teroris di negara manapun bila perlu, dan akan terus memberi pelatihan dan peralatan bagi puluhan ribu pasukan Irak dan Suriah yang berjuang melawan ISIS di lapangan. Tetapi Obama mengatakan Amerika tidak akan terlibat dalam perang di darat yang berkepanjangan di Suriah atau Irak, meskipun meningkatkan perjuangannya melawan ISIS.
Di dalam negeri, Obama meminta dievaluasinya program visa tunangan yang memungkinkan perempuan pelaku serangan di San Bernardino memasuki Amerika, dan agar Kongres memperketat undang-undang mengenai pengawasan senjata api.
Presiden juga mengatakan Kongres harus bertindak untuk memastikan mereka yang masuk daftar orang-orang yang dilarang menumpangi pesawat komersial untuk melakukan perjalanan di dalam dan ke luar negeri (no-fly list) tidak dapat membeli senjata.
Tetapi analis keamanan R. Nicholas Palarino, yang berbicara melalui Skype, mengatakan, Obama harus mengubah strateginya untuk mencegah serangan.
"Jika ada teroris di suatu tempat di Amerika Serikat atau di tempat lain di dunia ini ingin mendapatkan senjata, ia akan mendapatkannya. Jika seorang teroris ingin membuat bom pipa atau bom rakitan, mereka akan mampu melakukannya," ungkap R. Nicholas Palarino, dari Georgetown University Center for Security Studies.
Obama kembali mendesak Kongres agar mendukung penggunaan kekuatan militer terhadap teroris dan agar rakyat Amerika menolak untuk dicekam ketakutan serta agar tetap bersatu.
Dan untuk melindungi diri dari serangan-serangan lain seperti yang terjadi di San Bernardino, Obama bertekad Amerika akan terus menerus meninjau kembali strateginya untuk mengetahui apakah langkah-langkah lain diperlukan untuk melindungi rakyat Amerika. [uh/ab]