Presiden AS Barack Obama akan mencoba meyakinkan PM Israel Benyamin Netanyahu agar menyetujui kerangka kerja pada putaran akhir negosiasi untuk perdamaian Timur Tengah, Senin (3/3).
Presiden Amerika Barack Obama akan mencoba untuk memecahkan kebuntuan dalam upaya terbaru untuk mencapai kesepakatan perdamaian akhir Timur Tengah ketika ia menjadi tuan rumah bagi Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu di Gedung Putih hari Senin (3/3).
Obama akan mencoba meyakinkan Netanyahu agar menyetujui kerangka kerja pada putaran akhir negosiasi yang akan mengarah pada penciptaan sebuah negara Palestina yang berdampingan dengan Israel.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry memulai putaran baru pembicaraan perdamaian Juli lalu, dengan tujuan mencapai kesepakatan akhir bulan depan. Namun pemerintahan Obama merevisi tujuan tersebut sewaktu perundingan terhenti.
Dalam wawancara yang diterbitkan hari Minggu (2/3) oleh Bloomberg View, presiden Amerika itu memperingatkan bahwa "waktu hampir habis" bagi Israel untuk mencapai kesepakatan akhir dengan Palestina. Dia mengatakan jika pembicaraan damai gagal, Amerika tidak akan mampu membela Israel dari reaksi di panggung internasional, termasuk ancaman boikot dan isolasi diplomatik.
Pada waktu mereka bertemu di Gedung Putih, Obama dan Netanyahu akan membahas upaya-upaya yang tengah dilakukan negara-negara Barat, Rusia dan China untuk mencapai kesepakatan jangka panjang guna membatasi program nuklir Iran.
Pemimpin Israel itu sangat curiga mengenai perundingan dengan Iran. Ia beranggapan Teheran sedang berusaha membuat senjata nuklir yang dapat mengancam eksistensi negara Yahudi itu. Iran menyatakan program nuklirnya untuk tujuan damai.
Netanyahu mengatakan kepada sebuah jaringan televisi Israel bahwa ia ingin mencapai suatu perjanjian, tetapi perjanjian itu haruslah yang benar-benar baik. Pemimpin Israel itu mengatakan bahwa pihaknya tidak akan tunduk pada tekanan.
Obama akan mencoba meyakinkan Netanyahu agar menyetujui kerangka kerja pada putaran akhir negosiasi yang akan mengarah pada penciptaan sebuah negara Palestina yang berdampingan dengan Israel.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry memulai putaran baru pembicaraan perdamaian Juli lalu, dengan tujuan mencapai kesepakatan akhir bulan depan. Namun pemerintahan Obama merevisi tujuan tersebut sewaktu perundingan terhenti.
Dalam wawancara yang diterbitkan hari Minggu (2/3) oleh Bloomberg View, presiden Amerika itu memperingatkan bahwa "waktu hampir habis" bagi Israel untuk mencapai kesepakatan akhir dengan Palestina. Dia mengatakan jika pembicaraan damai gagal, Amerika tidak akan mampu membela Israel dari reaksi di panggung internasional, termasuk ancaman boikot dan isolasi diplomatik.
Pada waktu mereka bertemu di Gedung Putih, Obama dan Netanyahu akan membahas upaya-upaya yang tengah dilakukan negara-negara Barat, Rusia dan China untuk mencapai kesepakatan jangka panjang guna membatasi program nuklir Iran.
Pemimpin Israel itu sangat curiga mengenai perundingan dengan Iran. Ia beranggapan Teheran sedang berusaha membuat senjata nuklir yang dapat mengancam eksistensi negara Yahudi itu. Iran menyatakan program nuklirnya untuk tujuan damai.
Netanyahu mengatakan kepada sebuah jaringan televisi Israel bahwa ia ingin mencapai suatu perjanjian, tetapi perjanjian itu haruslah yang benar-benar baik. Pemimpin Israel itu mengatakan bahwa pihaknya tidak akan tunduk pada tekanan.