Presiden AS Barack Obama hari Kamis (28/8) bertemu dengan penasihat keamanan nasionalnya membahas langkah-langkah melawan kemajuan cepat militan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Obama berbicara kepada wartawan di Gedung Putih hari Kamis, beberapa saat sebelum bertemu dengan tim keamanan nasionalnya untuk membahas krisis di Irak dan Suriah.
Obama mengatakan Amerika melanjutkan serangan-serangan terarahnya terhadap Negara Islam di Irak. Katanya, serangan-serangan itu menyebabkan kelompok Negara Islam kehilangan senjata dan peralatannya.
Presiden Obama, mengatakan lebih lanjut, ia belum memiliki strategi dalam menangani para militan, membantah dugaan bahwa serangan udara terhadap sasaran-sasaran Negara Islam di Suriah kemungkinan akan segera terjadi.
Presiden mengatakan Negara Islam telah membangun benteng di Suriah dan pasukan Suriah tidak bisa memasuki daerah-daerah yang dikuasai ISIS.
Ia mengatakan pihak luar harus berhenti mendukung Negara Islam dan negara-negara lainnya di wilayah itu harus menyadari ancaman militan terhadap mereka.
Obama pekan lalu secara resmi memerintahkan pengintaian dari udara di Suriah timur, di mana Negara Islam menguasai wilayah yang luas, selain sebagian besar kawasan di Irak utara dan barat.
Obama sedang mempertimbangkan serangan udara terhadap militan di Suriah, namun Gedung Putih mengatakan Obama diperkirakan belum akan mengumumkan tindakan militer baru setelah rapat tersebut. Presiden dan para penasihatnya, termasuk menlu dan menteri pertahanan, kepala intelijen dan pemimpin militer utama, bertemu di Situation Room di Gedung Putih.
Mereka juga diperkirakan mempertimbangkan tanggapan Amerika atas keterlibatan Rusia di Ukraina yang semakin besar, di mana NATO mengatakan seribu tentara Rusia kini bertempur bersama pasukan separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Suriah mengatakan pekan ini akan menyambut baik bantuan Amerika dan Inggris dalam melawan militan Negara Islam di dalam wilayah Suriah, tetapi mesti berkoordinasi dengan Damaskus. Suriah juga mengatakan akan menanggapi serangan sepihak AS sebagai pelanggaran kawasan udaranya dan kemungkinan akan menembak jatuh pesawat tempur Amerika yang melakukan hal itu.
Amerika mengatakan tidak akan berkonsultasi dahulu dengan Suriah, karena Amerika berulang kali telah menyerukan pengunduran diri Presiden Bashar al-Assad, yang selama tiga tahun terakhir berjuang melawan pemberontak yang berusaha menggulingkannya.
Sementara itu, seorang laki-laki Amerika asal Somalia dilaporkan sebagai warga Amerika kedua yang tewas bertempur bersama gerilyawan di Suriah.
Stasiun TV KMSP di Minneapolis mengidentifikasi orang itu sebagai Abdirahman Muhumed, yang meninggalkan rumahnya di Minneapolis untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam.
Stasiun TV itu mengatakan, menurut sumber-sumbernya, Muhumed tewas dalam pertempuran yang sama dimana warga A merika lainnya, Douglas McCain, usia 33 tahun, juga dari daerah Minneapolis, tewas di Suriah. Kematiannya telah dikonfirmasi oleh Dewan Keamanan Nasional AS awal pekan ini.
Laporan tentang warga Amerika kedua yang tewas di Suriah mulai beredar di situs media sosial hari Rabu. Dewan Keamanan Nasional mengatakan Rabu malam bahwa mereka mengetahui laporan tersebut, tapi belum dapat mengkonfirmasi kebenarannya.