Obama: Diplomasi dengan Iran Buka Pintu Bagi Keamanan

Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih (23/11).

Presiden Amerika Barack Obama telah memuji upaya diplomatik damai yang mendorong tercapainya perjanjian nuklir dengan Iran setelah ketegangan selama hampir satu dasawarsa.
Presiden Obama berbicara Sabtu malam (24/11) di Washington setelah pertemuan enam negara kuat dengan Iran meraih seperangkat kesepahaman awal mengenai penghentian program nuklir Iran.

Presiden Obama mengatakan langkah awal untuk periode enam bulan itu mencakup pembatasan signifikan program nuklir Iran dan mengatasi isu-isu yang paling mendesak, termasuk kemampuan Iran dalam pengayaan uranium, stok uranium yang diperkaya yang dimiliki Iran saat ini, jumlah dan kemampuan sentrifugal dan kemampuan Iran memproduksi plutonium dengan mutu bisa dibuat senjata dengan menggunakan reaktor Arak.

Presiden Obama mengatakan, dalam enam bulan ke depan, Amerika dan negara-negara lain “akan bekerjasama menegosiasikan solusi komprehensif.”

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, ketika berbicara di Jenewa, mengatakan tujuan akhir kesepakatan itu adalah mencapai sebuah perjanjian “komprehensif” dengan Iran. Namun, dia mengatakan “sanksi-sanksi utama” akan tetap berlaku dalam enam bulan mendatang.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan kesepakatan itu merupakan “kesempatan untuk mengakhiri krisis yang tidak perlu.” Dia mengatakan kesepakatan itu juga merupakan kesempatan untuk menghilangkan “keraguan mengenai sifat damai dari program nuklir Iran.

Iran juga telah berkomitmen untuk meningkatkan transparansi dan pemantauan program nuklirnya, yang jika tidak dicegah, bisa mengarah pada pembuatan senjata nuklir.

Sebagai imbalan, Amerika, China, Rusia, Inggris, Prancis dan Jerman akan memberikan bantuan terbatas, sementara, tepat sasaran dan sewaktu-waktu dapat dicabut. Sanksi-sanksi utama, termasuk sanksi minyak, bank dan finansial tetap berlaku.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan kesepakatan itu memberikan waktu dan ruang untuk berusaha mencapai solusi komprehensif bagi kebuntuan pembicaraan nuklir antara Teheran dan Barat.

Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan kesepakatan itu merupakan langkah penting dalam mempertahankan “keamanan dan perdamaian.”

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengecam kesepakatan itu, dengan mengatakan komunitas internasional memberi terlalu banyak kepada Iran. Namun Menlu Kerry mengatakan kesepakatan itu akan membuat mitra-mitranya di kawasan itu lebih aman. Israel – sekutu penting Amerika – adalah musuh utama Iran.

Kesepakatan itu dicapai Minggu dini hari setelah negosiasi yang alot selama lima hari.

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry bergabung dalam pembicaraan itu di Jenewa Sabtu pagi.