Presiden AS Barack Obama hari Senin (28/4) mengatakan, perjanjian keamanan baru yang ditandatangani dengan Filipina tidak dimaksudkan untuk “melawan” atau “mengontrol” China.
MANILA, FILIPINA —
Presiden AS Barack Obama mengakhiri lawatan seminggu di Asia dengan menandatangani perjanjian pertahanan penting dengan Filipina yang akan memberikan akses kepada pasukan AS ke pangkalan-pangkalan di Filipina.
Presiden Obama tiba di Istana Malacanang di Manila diiringi band militer dan penghormatan 21 meriam pada hari Senin sore (28/4).
Lawatannya ke Asia diakhiri dengan sebuah peristiwa penting. Negosiasi delapan bulan dengan pemerintah Filipina mencapai puncaknya hari Senin dengan penandatanganan perjanjian yang akan memungkinkan rotasi pasukan AS terbesar ke Filipina sejak pangkalan-pangkalan AS di negara itu tutup lebih dari dua dasawarsa lalu.
Perjanjian itu, yang dikenal sebagai Perjanjian Kerjasama Pertahanan Yang Ditingkatkan, akan memungkinkan pasukan AS melatih dan melakukan latihan bersama militer Filipina.
Dalam konferensi pers dengan Presiden Filipina Benigno Aquino, Obama mengatakan perjanjian itu bukan untuk menempatkan pasukan AS secara permanen, ataupun mendominasi negara yang dulu pernah dikuasai AS itu.
"Saya ingin menegaskan. AS tidak berupaya mengklaim kembali pangkalan-pangkalan lama atau membangun pangkalan-pangkalan baru. Atas undangan Filipina, para tentara AS akan berotasi di fasilitas-fasilitas Filipina," papar Obama.
Paningkatan jumlah pasukan AS di wilayah Filipina merupakan isu yang sensitif bagi banyak orang di Filipina, dan perjanjian itu memicu protes disertai kekerasan oleh aktivis sayap kiri menjelang kedatangan Presiden Obama.
Para pejabat AS mengatakan kerangka perjanjian itu berlaku untuk sepuluh tahun, dan akan memungkinkan AS merotasi - tapi tidak menempatkan secara permanen - pasukan serta sumber daya udara dan laut di fasilitas-fasilitas militer Filipina. Pasukan itu akan melatih dan melakukan latihan bersama pasukan Filipina mengenai bantuan kemanusiaan, bantuan bencana, keamanan maritim, dan misi-misi lainnya.
Pemerintah Filipina menandatangani perjanjian itu di tengah meningkatnya sikap agresif China di Laut China Selatan, dimana China dan Filipina saling berselisih tentang klaim maritim dan wilayah.
Para pejabat AS mengatakan perjanjian itu bukan untuk membendung China, tetapi membekali sekutunya, Filipina, untuk menghadapi berbagai ancaman yang dihadapinya.
Presiden Aquino mengatakan bahwa China tidak perlu khawatir dengan peningkatan kehadiran Amerika di wilayah itu. Dia juga mengatakan Filipina bukan merupakan ancaman bagi negara-negara lain di kawasan itu.
Kantor berita Xinhua yang dikelola pemerintah China menyebut langkah itu “sangat mengganggu karena dapat membuat Manila berani dengan Beijing.”
Xinhua mengatakan dengan mencapai kesepakatan pertahanan dengan Amerika, pemerintahan Aquino bermaksud untuk “menghadapi China dengan dukungan Amerika.”
Beberapa jam sebelum Presiden Obama tiba di Manila Senin sore, Duta Besar Amerika Philip Goldberg dan Menteri Pertahanan Filipina Voltaire Gazman menandatangani pakta keamanan berjangka 10 tahun yang akan memungkinkan kehadiran keamanan Amerika yang lebih besar di negara kepulauan itu.
Persetujuan itu menetapkan kerangka bagi rotasi pasukan dan peralatan Amerika, seperti kapal dan jet tempur, ke pangkalan-pangkalan militer Filipina.
Presiden Obama tiba di Istana Malacanang di Manila diiringi band militer dan penghormatan 21 meriam pada hari Senin sore (28/4).
Lawatannya ke Asia diakhiri dengan sebuah peristiwa penting. Negosiasi delapan bulan dengan pemerintah Filipina mencapai puncaknya hari Senin dengan penandatanganan perjanjian yang akan memungkinkan rotasi pasukan AS terbesar ke Filipina sejak pangkalan-pangkalan AS di negara itu tutup lebih dari dua dasawarsa lalu.
Perjanjian itu, yang dikenal sebagai Perjanjian Kerjasama Pertahanan Yang Ditingkatkan, akan memungkinkan pasukan AS melatih dan melakukan latihan bersama militer Filipina.
Dalam konferensi pers dengan Presiden Filipina Benigno Aquino, Obama mengatakan perjanjian itu bukan untuk menempatkan pasukan AS secara permanen, ataupun mendominasi negara yang dulu pernah dikuasai AS itu.
"Saya ingin menegaskan. AS tidak berupaya mengklaim kembali pangkalan-pangkalan lama atau membangun pangkalan-pangkalan baru. Atas undangan Filipina, para tentara AS akan berotasi di fasilitas-fasilitas Filipina," papar Obama.
Paningkatan jumlah pasukan AS di wilayah Filipina merupakan isu yang sensitif bagi banyak orang di Filipina, dan perjanjian itu memicu protes disertai kekerasan oleh aktivis sayap kiri menjelang kedatangan Presiden Obama.
Para pejabat AS mengatakan kerangka perjanjian itu berlaku untuk sepuluh tahun, dan akan memungkinkan AS merotasi - tapi tidak menempatkan secara permanen - pasukan serta sumber daya udara dan laut di fasilitas-fasilitas militer Filipina. Pasukan itu akan melatih dan melakukan latihan bersama pasukan Filipina mengenai bantuan kemanusiaan, bantuan bencana, keamanan maritim, dan misi-misi lainnya.
Pemerintah Filipina menandatangani perjanjian itu di tengah meningkatnya sikap agresif China di Laut China Selatan, dimana China dan Filipina saling berselisih tentang klaim maritim dan wilayah.
Para pejabat AS mengatakan perjanjian itu bukan untuk membendung China, tetapi membekali sekutunya, Filipina, untuk menghadapi berbagai ancaman yang dihadapinya.
Presiden Aquino mengatakan bahwa China tidak perlu khawatir dengan peningkatan kehadiran Amerika di wilayah itu. Dia juga mengatakan Filipina bukan merupakan ancaman bagi negara-negara lain di kawasan itu.
Kantor berita Xinhua yang dikelola pemerintah China menyebut langkah itu “sangat mengganggu karena dapat membuat Manila berani dengan Beijing.”
Xinhua mengatakan dengan mencapai kesepakatan pertahanan dengan Amerika, pemerintahan Aquino bermaksud untuk “menghadapi China dengan dukungan Amerika.”
Beberapa jam sebelum Presiden Obama tiba di Manila Senin sore, Duta Besar Amerika Philip Goldberg dan Menteri Pertahanan Filipina Voltaire Gazman menandatangani pakta keamanan berjangka 10 tahun yang akan memungkinkan kehadiran keamanan Amerika yang lebih besar di negara kepulauan itu.
Persetujuan itu menetapkan kerangka bagi rotasi pasukan dan peralatan Amerika, seperti kapal dan jet tempur, ke pangkalan-pangkalan militer Filipina.