Presiden Barack Obama pada hari Rabu (15/7) akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berbicara tentang kesepakatan nuklir Iran bersejarah dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih yang bertujuan untuk terus mempromosikan perjanjian tersebut.
Banyak anggota Partai Republik dan beberapa anggota Partai Demokrat di Kongres, serta pemimpin seperti Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, tidak setuju dengan penilaian Obama dari kesepakatan tersebut. Obama berpendapat kesepakatan ini akan memotong semua jalur yang dimiliki Iran untuk mengembangkan senjata nuklir.
Opsi Terbaik
Dalam wawancara dengan New York Times, Obama mengatakan kesepakatan itu mencapai tujuan dasar yang bahkan disetujui para kritikus bahwa dengan (kesepakatan) itu Iran seharusnya tidak (mengembangkan) senjata nuklir.
"Ini adalah pilihan yang terbaik untuk memastikan bahwa bukan hanya untuk 10 tahun pertama, tetapi selama bertahun-tahun setelah itu, kita memiliki rezim inspeksi yang dapat diverifikasi, yang memastikan mereka tidak mendapatkan senjata nuklir," kata Presiden. "Itu sangat tak ternilai harganya bagi keamanan nasional kita, dan keamanan nasional Israel dan keamanan nasional sekutu kita lainnya di wilayah tersebut. Hal ini juga mencegah kemungkinan lomba senjata nuklir di wilayah itu."
Obama mengatakan siapa pun yang menjadi presiden 10 atau 15 tahun dari sekarang akan memiliki kemampuan yang sama untuk menggunakan aksi militer atau untuk menjatuhkan sanksi baru, tapi dengan perjanjian (tersebut) mereka juga akan mengetahui lebih jauh tentang program nuklir Iran dan "legitimasi internasional" untuk menindak setiap pelanggaran .
Menteri Luar Negeri AS John Kerry, yang mempelopori upaya kelompok P5 +1 yang terdiri dari AS, Inggris, China, Perancis, Rusia dan Jerman, menyebut kesepakatan itu "bagus."
SAKSIKAN: Pendapat Partai Republik Terkait Kesepakatan Nuklir Iran
Your browser doesn’t support HTML5
Israel dan Sekutu Teluk Lainnya
Obama juga menyebutkan perlunya bekerjasama dengan Israel dan sekutu Teluk lainnya untuk menjaga berbagai kemungkinan Iran memanfaatkan dibukanya sanksi ekonomi untuk mensponsori terorisme.
Pada hari Selasa, presiden membahas kesepakatan dengan Iran tersebut bersama berbagai sekutu di Timur Tengah, termasuk Raja Arab Saudi Salman dan Putra Mahkota Mohammed Al Nahyan dari Uni Emirat Arab. Menurut keterangan Gedung Putih, Obama mengenang pertemuan puncak awal tahun ini dengan negara-negara Teluk Persia, dan menegaskan bahwa AS tetap berkomitmen untuk bekerja dengan mereka untuk melawan kegiatan destabilisasi Iran di wilayah tersebut.
Prospek semakin tegasnya Iran membuat negara-negara meningkatkan kekuatan militer mereka, termasuk persenjataan dari AS.
Menteri Pertahanan AS Bertolak ke Timur Tengah
Minggu depan, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ash Carter akan bertolak ke Timur Tengah untuk mencoba meyakinkan sekutu bahwa kesepakatan dengan Iran tidak akan melemahkan komitmen Amerika untuk keamanan mereka. Pada Selasa malam, Gedung Putih hanya mengumumkan satu negara tujuan yaitu Israel, di mana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengutuk kesepakatan tersebut sebagai "kesalahan bersejarah yang menakjubkan."
Lewat Twitter, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyebutkan kesepakatan tersebut sebagai awal diplomatik baru bagi negara-negara yang terlibat, menyebutnya "bukan langit-langit tapi dasar yang kuat. Sekarang kita harus mulai membangun di atasnya. "
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mengatakan pada hari Rabu bahwa ia akan mengunjungi Iran, setelah diundang oleh Zarif di akhir perundingan. Fabius tidak mengatakan kapan akan melakukan kunjungan tersebut.