Presiden Barack Obama mengatakan pada hari Jumat (1/4) bahwa kesepakatan nuklir dengan Iran telah "mencapai kesuksesan besar dan menyoroti bahaya proliferasi nuklir dalam bentuk nyata."
Berbicara pada pertemuan para pemimpin P5+1 di hari kedua yang juga merupakan hari terakhir KTT Keamanan Nuklir, Obama mengatakan "implementasi penuh dan berkelanjutan" kesepakatan tersebut memerlukan kerjasama erat dari komunitas internasional.
KTT nuklir keempat dan terakhir selama masa kepemimpinan Obama ini berlangsung di tengah-tengah kekhawatiran ISIS menggunakan bom radioaktif dan juga pengembangan senjata nuklir Korea Utara.
Seorang utusan tingkat tinggi Korea Utara mengatakan pada Reuters pada hari Jumat bahwa Pyongyang akan meneruskan program nuklir dan rudal balistiknya walaupun AS telah mengeluarkan peringatan, dan mengatakan semenanjung Korea berada dalam keadaan "setengah perang."
Obama Bertemu dengan para pemimpin P5 +1
Your browser doesn’t support HTML5
Pada hari Kamis, Obama mengadakan serangkaian pertemuan dengan para pemimpin dunia beberapa jam sebelum berita Korea Utara kembali melakukan apa yang dicurigai sebagai uji coba rudal balistik.
Ia bertemu dengan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk membahas tentang ancaman Korea Utara menyusul uji coba nuklir yang dilakukan oleh Pyongyang para bulan Januari lalu dan peluncuran roket jarak jauh pada bulan Februari.
Meningkatkan komunikasi
Pyongyang juga menjadi pembahasan utama dalam pertemuan Obama dengan Presiden China Xi Jinping.
"Kami ingin memperbaiki komunikasi dan koordinasi terkait masalah nuklir Korea dan isu-isu regional dan global lainnya," kata Xi saat memulai pembicaraan.
Washington menganggap Beijing, yang merupakan sekutu Pyongyang, sebagai kunci dalam penegakan sanksi-sanksi PBB terhadap Korea Utara atas pengembangan senjatanya.
Kemungkinan digunakannya nuklir dalam kegiatan terorisme juga disoroti pada hari pertama KTT ini.
Presiden Obama mengatakan serangan-serangan belakangan ini termasuk di Brussels, tidak hanya menunjukkan "pentingnya masalah nuklir tapi juga pentingnya membasmi terorisme."
Beberapa pemimpin dunia yang menghadiri makan malam KTT di Gedung Putih pada Kamis malam berasal dari negara-negara yang terkena dampak langsung dari serangan teroris.
Pada acara makan malam tingkat menteri yang diadakan oleh Departemen Luar Negeri AS, Menlu AS John Kerry mengatakan kemajuan keamanan nuklir sering kali lambat, dan masih banyak yang harus dilakukan. Tapi setiap langkah yang kita ambil seputar masalah ini "membawa kita selangkah lebih jauh dari bahaya."
AS dan negara-negara berkuasa lainnya merasakan pentingnya mengamankan bahan-bahan nuklir dan lokasi-lokasi nuklir dari teroris menyusul serangan di Brussels pada 22 Maret lulu.
Laporan berita menyebutkan dua saudara yang terkait dengan serangan tersebut adalah bagian dari rencana untuk menggali informasi tentang fasilitas nuklir Belgia.
"Kami tahu organisasi teroris ingin memiliki bahan-bahan mentah untuk membuat senjata nuklir," kata staff kebijakan luar negeri Gedung Putih Ben Rhodes. [dw]