Obama: Sudan Selatan Mungkin Perlukan Rencana yang Berbeda

Presiden Sudan Selatan Salva Kiir (kiri) dan pemimpin pemberontak Riek Machar bertukar dokumen setelah menandatangani perjanjian gencatan senjata di Addis Ababa, Ethiopia, Februari 2015.

Obama mengatakan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan wakil presidennya yang beralih menjadi pemimpin pemberontak Riek Machar menyia-nyiakan harapan dan kemajuan besar yang dimiliki negara itu.

Presiden AS Barack Obama mengatakan, Selasa (4/8), bahwa masyarakat internasional kemungkinan harus membuat “rencana lain” bagi Sudan Selatan jika para pemimpin yang berselisih di negara itu gagal memenuhi batas waktu 17 Agustus untuk persetujuan perdamaian.

“Jika mereka gagal menepati bawas waktu itu, lalu saya kira kita perlu melangkah maju dengan rencana yang berbeda dan menyadari bahwa para pemimpin tersebut tidak mampu menciptakan perdamaian yang diharuskan,” kata Obama setelah pembicaraan di Gedung Putih dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon.

Obama mengatakan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan wakil presidennya yang beralih menjadi pemimpin pemberontak Riek Machar menyia-nyiakan harapan dan kemajuan besar yang dimiliki negara itu ketika merdeka tahun 2011.

Pertempuran oleh pasukan-pasukan yang mendukung kedua pemimpin yang berebutan kekuasaan telah menewaskan ribuan orang dan memaksa lebih dari satu juta orang mengungsi dari rumah mereka. Permusuhan mereka juga telah merugikan produksi minyak yang menghambat pembangunan ekonomi.

Sekelompok negara Afrika yang berusaha menengahi persetujuan perdamaian telah menetapkan batas waktu 17 Agustus. Para pemimpin Sudan Selatan dapat menghadapi sanksi, termasuk embargo senjata dan larangan bepergian, kalau mereka gagal menepati batas waktu.