Tingkat pinjaman perusahaan yang mencetak rekor bisa menimbulkan risiko bagi perekonomian dunia jika melambatnya pertumbuhan menghambat perusahaan menebus obligasi mereka yang jatuh tempo dalam beberapa tahun ke depan, demikian peringatan OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) pada hari Senin (25/2).
Nilai obligasi yang belum dilunasi yang diterbitkan oleh perusahaan non-keuangan dunia telah berlipat dua sejak krisis keuangan global 2008, kata badan yang berbasis di Paris itu dalam sebuah laporan.
BACA JUGA: Utang Indonesia di Pemerintahan Jokowi-JK MeningkatDengan memanfaatkan suku bunga yang sangat rendah, perusahaan-perusahaan telah meminjam jauh lebih banyak dari sebelumnya, meningkatkan pasar obligasi korporasi menjadi $13 triliun pada akhir 2018. Perusahaan kecil biasanya membiayai diri dengan pinjaman bank, tapi perusahaan besar hampir selalu menerbitkan obligasi.
Setelah menghabiskan dana secara royal selama satu dekade, perusahaan-perusahaan itu sekarang harus melunasi atau membayar kembali obligasi sekitar $ 4 triliun dalam tiga tahun ke depan - angka yang setara dengan total neraca Federal Reserve atau bank sentral AS - kata laporan itu.
Laporan itu muncul sementara perekonomian global sudah melambat, dengan IMF bulan lalu menurunkan perkiraan pertumbuhan untuk 2019 dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen.
Meskipun pasar obligasi korporasi menjamur, laju penerbitannya turun 41 persen tahun lalu dibanding 2017, mencapai volume tahunan terendah sejak 2008, kata OECD. (as)