Blok negara-negara Islam terbesar di dunia mengirimkan 14 delegasi ke Republik Afrika Tengah, Selasa.
Delegasi tersebut dikirim untuk memimpin misi pencari fakta, dalam ungkapan solidaritas umat Islam dan kontribusi terhadap pembicaraan damai di negara yang dilanda pertumpahan darah sektarian itu.
Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengatakan delegasi itu akan berada di ibukota Bangui selama tiga hari. Menteri Luar Negeri Guinea Lounceny Fall akan memimpin delegasi, yang mencakup Menteri Luar Negeri Turki dan diplomat dari beberapa negara anggota OKI, serta Sekretaris Jenderal OKI Iyad Ameen Madani dan utusan khusus OKI untuk Republik Afrika Tengah, Sheikh Tidiane Gadio.
Dalam pernyataan hari Minggu kepada kantor berita Associated Press, OKI menyebut para delegasi itu diharapkan akan bertemu dengan Presiden sementara Catherine Samba-Panza, perdana menteri dan menteri luar negeri, serta para pemimpin agama Islam dan Kristen.
Kekerasan pecah di Republik Afrika Tengah pada awal Desember setelah kebencian meningkat terhadap pemerintah pemberontak Muslim yang merebut kekuasaan pada bulan Maret 2013 dengan menggulingkan presiden yang sudah menjabat selama satu dekade. Pemimpin pemberontak yang kemudian menjadi presiden tidak mampu mengendalikan pasukannya, yang dituduh melakukan pemerkosaan, menyiksa dan membunuh warga sipil khususnya di kalangan Kristen yang merupakan mayoritas di negara itu.
Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengatakan delegasi itu akan berada di ibukota Bangui selama tiga hari. Menteri Luar Negeri Guinea Lounceny Fall akan memimpin delegasi, yang mencakup Menteri Luar Negeri Turki dan diplomat dari beberapa negara anggota OKI, serta Sekretaris Jenderal OKI Iyad Ameen Madani dan utusan khusus OKI untuk Republik Afrika Tengah, Sheikh Tidiane Gadio.
Dalam pernyataan hari Minggu kepada kantor berita Associated Press, OKI menyebut para delegasi itu diharapkan akan bertemu dengan Presiden sementara Catherine Samba-Panza, perdana menteri dan menteri luar negeri, serta para pemimpin agama Islam dan Kristen.
Kekerasan pecah di Republik Afrika Tengah pada awal Desember setelah kebencian meningkat terhadap pemerintah pemberontak Muslim yang merebut kekuasaan pada bulan Maret 2013 dengan menggulingkan presiden yang sudah menjabat selama satu dekade. Pemimpin pemberontak yang kemudian menjadi presiden tidak mampu mengendalikan pasukannya, yang dituduh melakukan pemerkosaan, menyiksa dan membunuh warga sipil khususnya di kalangan Kristen yang merupakan mayoritas di negara itu.