Operasi Interpol Sita 3.400 Bom di Amerika Selatan 

Orang-orang tampak berjalan melewati logo Interpol yang tersemat di lantai bangunan markas organisasi tersebut di Lyon, Prancis, pada 8 November 2018. (Foto: AP/Laurent Cipriani)

Organisasi Kepolisian Kriminal Internasional — atau Interpol — mengumumkan pada Kamis (5/12) bahwa operasi yang melibatkan penegak hukum dari sembilan negara di Amerika Selatan telah menghasilkan penangkapan terhadap 45 orang dan penyitaan lebih dari 3.000 bom rakitan serta berton-ton bahan peledak yang terkait dengan kelompok kriminal regional.

Upaya kolaboratif tersebut, yang dikenal sebagai Operasi Claymore, berlangsung dari 11 Agustus hingga 11 Oktober dan berfokus pada aliran ilegal bahan kimia dan komponen lain yang digunakan untuk membuat bahan peledak di Amerika Selatan, menurut sebuah pernyataan.

Interpol mengatakan telah melihat meningkatnya perdagangan bahan-bahan itu di kawasan tersebut dan mendapati bahwa perdagangan itu terkait erat dengan kejahatan terorganisasi dan kelompok-kelompok bersenjata. Organisasi tersebut mengatakan alat peledak rakitan (IED) digunakan untuk berbagai kegiatan kriminal, mulai dari serangan teroris dan kekerasan teritorial hingga perampokan dan serangan terhadap pasukan keamanan.

BACA JUGA: Indonesia Tangkap Pria yang Dicari China Karena Judi Online

Karena sifatnya yang tidak dapat diprediksi, kelompok tersebut mengatakan IED sering digunakan untuk menimbulkan kerusakan dan kehancuran maksimum sekaligus menimbulkan ketakutan dan kekacauan.

Interpol mengatakan operasi tersebut membawa polisi di Ekuador ke sebuah lokasi tempat organisasi kriminal menyimpan delapan blok bahan peledak C-4, 30.000 butir amunisi, granat tangan, dan heroin.

Bahan peledak C-4 bersifat lunak atau fleksibel dan merupakan komponen IED yang sangat mematikan.

Di Kolombia, penyelidikan tersebut menyebabkan polisi menggerebek pabrik bahan peledak rakitan, yang menghasilkan 3.000 IED dan 5 ton bahan peledak serta peralatan lainnya. Interpol mengatakan dua orang ditangkap dalam penggerebekan itu, termasuk satu orang yang diidentifikasi sebagai pembuat bom untuk organisasi bersenjata.

Operasi tersebut juga menangkap seorang tersangka di Argentina yang dicari terkait dengan peledakan IED di sebuah kediaman pribadi di Amerika Serikat yang menyebabkan dua orang terluka parah.

BACA JUGA: FBI Tangkap Laki-laki yang Berencana Serang Bursa Efek New York

Selain kejahatan terorganisasi, Interpol mengatakan perdagangan gelap bahan peledak di Amerika Selatan juga dapat dikaitkan dengan penambangan ilegal. Aktivitas tersebut tidak hanya memiliki dampak lingkungan yang menghancurkan tetapi juga membahayakan nyawa pekerja dan masyarakat setempat.

Operasi Claymore berhasil menangkap 22 orang dan menyita 16 ton bahan peledak di sebuah lokasi di Peru.

Dalam pernyataan tersebut, Sekretaris Jenderal Interpol Valdecy Urquiza mengatakan, “Perdagangan bahan peledak di pasar gelap merupakan risiko keamanan yang besar. Kami melihat peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kelompok teror, kejahatan terorganisasi, dan geng yang menggunakan bahan peledak — mulai dari serangan kekerasan hingga operasi penambangan ilegal.”

Ia mengatakan operasi di Amerika Selatan itu menunjukkan adanya kemajuan, “tetapi ancaman yang muncul nyata dan [berlangsung secara] global.” [lt/ab]