Pasukan Israel berhasil menyelamatkan empat sandera yang ditahan oleh Hamas sejak Oktober dalam sebuah serangan besar-besaran di Gaza pada Sabtu (8/6). Namun pejabat Palestina mengatakan operasi penyelamatan tersebut malah menewaskan lebih dari 200 orang. Gempuran tadi malam adalah salah satu serangan Israel paling berdarah dalam delapan bulan terakhir.
Operasi penyelamatan sandera dan serangan udara intensif terjadi di al-Nuseirat di Gaza tengah, sebuah wilayah padat penduduk dan sering menjadi lokasi konflik antara Israel dan Hamas, kelompok Islam yang berkuasa di wilayah Palestina.
Seorang juru bicara militer Israel menyatakan bahwa operasi berlangsung di pusat lingkungan perumahan di Nuseirat, di mana Hamas menahan sandera di dua blok apartemen yang terpisah. Pasukan Israel menghadapi serangan hebat selama operasi tersebut dan membalas dengan tembakan "dari udara dan dari darat," kata juru bicara Laksamana Muda Daniel Hagari.
“Kami mengetahui jumlah korban di bawah 100 orang (Palestina). Saya tidak tahu berapa banyak di antara mereka yang merupakan teroris,” katanya dalam pengarahan kepada wartawan. Seorang komandan pasukan khusus Israel tewas dalam operasi tersebut, kata sebuah pernyataan polisi.
Paramedis dan warga Gaza mengatakan serangan itu menewaskan banyak orang dan menyebabkan sejumlah tubuh laki-laki, perempuan, dan anak-anak berserakan di sekitar pasar dan masjid.
Israel menyebutkan sandera yang diselamatkan adalah Noa Argamani (26), Almog Meir Jan (22), Andrey Kozlov (27), dan Shlomi Ziv (41). Mereka dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan medis dan dalam keadaan sehat, kata militer.
Mereka semua diculik dari festival musik Nova saat Hamas menyerang kota-kota dan desa-desa Israel di dekat Gaza pada 7 Oktober, yang pada akhirnya memicu perang dahsyat tersebut.
Serangan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut pihak berwenang Israel, dan serangan balasan Israel ke Gaza menewaskan sedikitnya 36.801 warga Palestina, menurut penghitungan terbaru oleh kementerian kesehatan wilayah tersebut pada Sabtu (8/6).
BACA JUGA: Pasukan Israel Serang Gaza Tengah dan Selatan, Tank-Tank Merangsek ke RafahOrang-orang bersenjata membawa sekitar 250 sandera kembali ke Gaza pada 7 Oktober, lebih dari 100 di antaranya dibebaskan dan ditukar dengan sekitar 240 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel selama gencatan senjata selama seminggu pada November. Menurut penghitungan Israel, terdapat 116 sandera yang masih terdapat di daerah kantong pantai tersebut, termasuk sedikitnya 40 orang yang dinyatakan tewas secara inabstia oleh pihak berwenang Israel.
Juru bicara brigade bersenjata al-Qassam Hamas, Abu Ubaida, mengatakan beberapa sandera tewas dalam operasi penyelamatan tersebut.
“Itu adalah kebohongan yang terang-terangan,” kata juru bicara militer Israel Peter Lerner kepada CNN.
Ketika ditanya tentang laporan berita bahwa intelijen Amerika Serikat (AS) mendukung operasi penyelamatan tersebut, Lerner mengatakan Israel dan AS memiliki "hubungan kerja yang erat dan intim" terkait dengan intelijen. Namun, ia menolak menjelaskan lebih lanjut.
Upaya Washington dan negara-negara regional untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan membebaskan semua sandera berulang kali gagal karena Israel terus melanjutkan serangannya di Gaza. Pada Sabtu (8/6) malam, serangan udara baru di Rafah di bagian selatan menghantam rumah-rumah, menurut keterangan warga dan pejabat Hamas.
Presiden AS Joe Biden menyambut baik kembalinya empat sandera Israel yang diselamatkan di Gaza. “Kami tidak akan berhenti bekerja sampai semua sandera pulang dan gencatan senjata tercapai,” kata Biden pada konferensi pers di Paris bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Setelah operasi penyelamatan sandera, Menteri Kabinet Perang Israel dari kubu tengah, Benny Gantz, menunda memberikan pernyataan pada Sabtu (8/6). Ia diperkirakan akan mundur dari pemerintahan darurat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Gantz sebelumnya telah memberikan tenggat waktu hingga 8 Juni kepada perdana menteri konservatif tersebut untuk menghasilkan strategi pascaperang yang jelas bagi Gaza.
Insiden Berdarah
Gambaran berbeda terjadi di Gaza, di mana pejabat Kementerian Kesehatan Palestina dan petugas medis setempat mengatakan serangan militer Israel di Nuseirat telah menewaskan banyak orang.
Kementerian tidak mengatakan berapa banyak korban jiwa yang merupakan kombatan.
Kantor media pemerintah yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan kemudian jumlah korban tewas meningkat menjadi sedikitnya 210 warga Palestina dan lebih banyak lagi korban yang terluka. Sebelumnya petugas medis dan pejabat kesehatan sebelumnya menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 100 orang. Belum ada konfirmasi mengenai angka tertinggi dari Kementerian Kesehatan Gaza.
Rekaman media sosial yang tidak dapat segera diverifikasi oleh Reuters menunjukkan mayat-mayat dengan organ tubuh yang berserakan di jalan-jalan yang berlumuran darah.
BACA JUGA: Sekjen PBB Masukkan Israel dan Hamas dalam Daftar Pelanggaran terhadap Anak-anak“Kejadian semalam seperti film horor, tapi itu adalah pembunuhan yang sebenarnya. Drone dan pesawat tempur Israel menembaki sepanjang malam secara acak ke rumah-rumah penduduk dan orang-orang yang mencoba melarikan diri dari daerah tersebut,” kata Ziad, 45, seorang paramedis dan warga Nuseirat.
Pengeboman tersebut terfokus pada pasar lokal dan Masjid al-Awda, katanya kepada Reuters melalui aplikasi pesan. “Untuk membebaskan empat orang, Israel membunuh puluhan warga sipil tak berdosa,” ujarnya.
Tim tanggap darurat berusaha mengangkut korban tewas dan terluka ke rumah sakit di kota terdekat Deir al-Balah tetapi banyak jenazah masih tergeletak di jalan, termasuk di sekitar distrik pasar, kata Ziad dan warga lainnya.
Nuseirat, sebuah kamp pengungsi Palestina yang bersejarah, menjadi sasaran pengeboman Israel secara massif selama perang dan juga terjadi pertempuran sengit di wilayah timurnya.
Pada Sabtu (8/6) malam, serangan udara Israel menewaskan lima warga Palestina di kamp pengungsi Al-Bureij di Jalur Gaza tengah, kata petugas medis Palestina.
Perang tersebut telah mengacaukan stabilitas di Timur Tengah, menarik pendukung utama Hamas, Iran, dan sekutu bersenjata beratnya di Lebanon, Hizbullah, yang oleh para pejabat Israel diancam akan berperang di perbatasan utara Israel. [ah/ft]