Keputusasaan semakin besar di Turki selatan memasuki hari kedua pascagempa bumi dahsyat di sana. Deniz, yang hanya bersedia memberikan nama panggilannya, kehilangan harapan akan menemukan anggota keluarganya yang terkubur reruntuhan rumahnya yang ambruk di provinsi Hatay.
Katanya, dia mendengar keluarganya mengatakan “tidak ada yang datang.” Keluarga dan negaranya sudah musnah, ungkap Deniz. “Oh Tuhanku!,” serunya. “Mereka memohon, tetapi tidak ada yang datang. Negara macam apa ini?,” ujarnya.
Pihak berwenang Turki mengatakan sebanyak 17.000 bangunan hancur, dan banyak orang masih terperangkap di bawah reruntuhan pada Selasa (7/2).
Kecaman semakin nyaring disuarakan terhadap upaya tanggap darurat. Tetapi petugas penyelamatan juga berhasil mengevakuasi korban.
Di kota Diyarbakir, mereka berhasil menyelamatkan seorang anak berusia 13 tahun yang terkubur di bawah reruntuhan apartemen yang ambruk.
Namun kini kawasan itu didera suhu di bawah nol, di mana hipotermia menjadi ancaman baru yang dihadapi orang-orang yang diduga masih terperangkap puing-puing. Operasi penyelamatan pun harus berlomba dengan waktu.
Suhu yang membekukan juga merupakan ancaman terhadap puluhan ribu orang yang kehilangan rumah mereka. Banyak penyintas melewatkan Senin malam di jalanan dalam kondisi beku, seperti Orhan Sahin dari Kahramanmaras.
Dia mengatakan, rumah mereka rusak dan mereka tidak bisa memasukinya. Katanya, dia dan penduduk senasib lainnya tidak makan sejak pagi hari dan anak-anak mereka sangat lapar. “Semoga Allah melindungi kami semua,” katanya.
Pejabat Turki mengatakan, ratusan tim SAR dikerahkan di seluruh kawasan itu, juga bantuan untuk orang-orang yang kehilangan rumah.
Profesor Orhan Tatar dari badan tanggap bencana Turki, AFAD, mengakui tantangan yang mereka hadapi, tetapi mengatakan situasinya kini terkendali. Katanya tidak mudah untuk mencapai semua tempat sekaligus, tetapi semuanya berada di bawah kendali, dan semua tempat telah berhasil dicapai.
Namun dengan sepuluh kota yang rusak berat oleh gempa dan mendera 13 juta penduduk, skala operasi penyelamatan harus sangat besar.
Suzan Sahin, anggota parlemen dari partai oposisi, CHP, yang berasal dari distrik Hatay, salah satu daerah gempa terburuk, mengatakan, mereka masih menunggu bantuan. "Belum ada kegiatan penyelamatan sejauh ini, tidak ada tim penyelamat di sana. Katanya, cuacanya buruk, hujan dan angin bertiup kencang. Orang-orang di jalanan kelaparan dan banyak mayat dibiarkan terbaring di trotoar," katanya.
Your browser doesn’t support HTML5
Dalam sebuah pernyataan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mendeklarasikan keadaan darurat selama tiga bulan, dan memberlakukan masa berkabung nasional selama tujuh hari.
Erdogan menuduh pengecamnya tidak bermoral dan memperingatkan bahwa para jaksa mencatat perilaku mereka, yang mana di masa depan bisa menuntut pertanggungjawaban mereka.
Namun pemimpin Turki itu memuji tanggapan terhadap seruan Turki bagi bantuan internasional. Dukungan itu termasuk tim-tim SAR dari Uni Eropa dan negara-negara lain yang kini berdatangan ke Turki. [jm/rd]