Sembilan orang tewas dan lebih dari 40 lainnya menderita luka-luka, ketika sebuah kebakaran memicu ledakan di sebuah gudang amunisi militer di ibu kota Chad, kata seorang pejabat pada Rabu (19/6).
Juru bicara pemerintah Chad, Abderaman Koulamallah, mengatakan 46 orang dirawat karena berbagai cedera setelah ledakan tersebut membangunkan warga pada Selasa (18/6) malam, di distrik Goudji, ibu kota N'Djamena. Situasi saat ini telah terkendali, kata Koulamallah.
Ledakan-ledakan tersebut menerangi langit ketika asap tebal membumbung di negara Afrika Barat itu, memicu kepanikan di tengah upaya memadamkan api, ketika para penduduk melarikan diri dari rumah-rumah mereka untuk menyelamatkan diri.
Penyebab kebakaran belum diketahui dengan jelas, dan Presiden Mahamat Deby Itno mengatakan akan melakukan investigasi.
"Semoga para korban memperoleh kedamaian, belasungkawa yang tulus kepada keluarga yang ditinggalkan dan pemulihan yang cepat bagi mereka yang terluka," kata Deby di Facebook. Dia kemudian mengunjungi lokasi kecelakaan serta rumah sakit tempat para korban luka-luka dirawat.
BACA JUGA: Lavrov Kunjungi Guinea dalam Upaya Tingkatkan Pengaruh Rusia di AfrikaSeorang warga, Oumar Mahamat mengatakan orang-orang yang tinggal di daerah itu panik, mengira ledakan itu adalah serangan bersenjata.
Media lokal melaporkan ledakan dimulai tepat sebelum tengah malam ketika bangunan-bangunan di dekatnya berguncang dan amunisi meledak dari gudang itu.
Pihak berwenang meminta warga untuk menjauh dari daerah tersebut, yang kini telah diambil alih oleh pasukan keamanan untuk mengumpulkan peluru artileri yang berserakan.
Allamine Moussa, seorang warga, meminta pemerintah untuk "segera membantu mereka" setelah ia dan warga lainnya mengungsi dari rumah mereka.
"Banyak keluarga yang kehilangan kerabatnya dan itu menyedihkan," kata Moussa.
BACA JUGA: Jutaan Orang Terpaksa Mengungsi karena Perang, Komisaris Tinggi PBB Kecam Dewan KeamananChad, sebuah negara berpenduduk hampir 18 juta jiwa, telah diguncang oleh gejolak politik sebelum dan sesudah pemilihan presiden yang kontroversial yang berujung pada kemenangan Deby Itno.
Dia telah memimpin negara itu sebagai presiden sementara selama periode pemerintahan militer menyusul kematian ayahnya pada 2021.
Cameron Hudson, seorang pakar Afrika di Center for Strategic and International Studies, mengatakan bahwa ledakan tersebut mungkin tidak sepenuhnya kebetulan dan "terasa lebih seperti sebuah pesan" kepada pemerintah, yang telah terlibat dalam ketegangan politik internal dan juga ketegangan regional terkait perang di negara tetangga Sudan.
Klaim baru-baru ini tentang dugaan keterlibatan Chad dalam perang di Sudan menciptakan posisi yang menyulitkan bagi Deby Itno di dalam negeri, kata Hudson, yang juga mantan pejabat AS. "Sebuah negara yang terpecah belah tidak akan bisa bertahan," kata Hudson. [my/ns]