Spanyol Berlakukan Wajib Karantina Bagi Pendatang dari Luar Negeri

Para pelanggan duduk dan menikmati minuman mereka di Tarragona, Spanyol, 11 Mei 2020.

Dalam upaya mencegah kasus impor baru virus corona, Spanyol mewajibkan orang-orang yang tiba dari luar negara itu untuk melakukan karantina selama dua pekan.

Negara itu telah mulai keluar dari lockdown ketat selama tujuh pekan setelah merebaknya kasus yang membuat Spanyol menjadi salah satu hot spot Covid-19 di dunia.

Perintah dari kementerian kesehatan yang dipublikasikan hari Selasa (12/5) menyebutkan peraturan karantina akan mulai berlaku hari Jumat dan berlaku bagi para pengunjung dari negara lain maupun warga negara Spanyol yang kembali ke negara itu.

BACA JUGA: Spanyol Perlahan dan Hati-hati Longgarkan Aturan Karantina

Orang-orang tersebut akan diizinkan untuk berbelanja kebutuhan pokok saja atau untuk layanan medis selama periode karantina 14 hari itu.

China memberlakukan strategi serupa sewaktu kasus penularan setempat menurun tajam dan pihak berwenang mulai melonggarkan pembatasan-pembatasan dalam lockdown tersebut.

BACA JUGA: China Laporkan Peningkatan Jumlah Kasus Baru Covid-19

Pemerintah di seluruh penjuru dunia sekarang ini sedang memikirkan strategi mereka dan apakah ini saatnya untuk menerapkan langkah-langkah baru untuk menghentikan penyebaran virus atau membiarkan masyarakat memulai beberapa bagian dari kehidupan pada normalnya.

Di Singapura, tahap baru mulai berlaku hari Selasa (12/5) dengan diizinkannya masyarakat untuk memotong rambut di salon atau tukang cukur, ke toko roti atau ke binatu swalayan.

India memulai kembali sebagian layanan keretanya pada hari Selasa (12/5) untuk pertama kalinya sejak Maret. Para penumpang harus melalui pemeriksaan suhu tubuh dan mematuhi pedoman social distancing.

BACA JUGA: Korsel Alami Lonjakan Kasus Baru Tidak Lama Setelah Buka

Pihak berwenang Korea Selatan khawatir akan meningkatnya kembali kasus dan sedang berupaya melacak orang-orang yang baru-baru ini mengunjungi kelab-kelab malam di Seoul, di mana satu klaster penularan baru muncul.

Para pejabat hari Selasa (12/5) mengatakan tim-tim dengan menggunakan data telepon dan kartu kredit berupaya melacak sekitar 2.000 orang lagi agar mereka dapat dites. Sejauh ini, ada lebih dari 100 kasus terkonfirmasi yang terkait dengan kelab-kelab malam itu.

Pelacakan kontak merupakan unsur penting sementara pemerintah berbagai negara berupaya menghentikan penyebaran virus corona, dengan mencari siapa yang mungkin berada cukup dekat dengan orang yang tes coronanya positif. Orang-orang itu kemudian dapat melakukan tes mandiri, dan mengisolasi diri jika perlu.

Pengujian menjadi fokus utama di AS. Pemerintahan Presiden Donald trump menyatakan sekitar 9 juta orang telah dites dan bahwa kemampuan melakukan tes lebih banyak lagi sedang ditingkatkan.

BACA JUGA: Fauci: ‘Ancaman Wabah Berlipat Ganda’ Jika Negara Terlalu Dini Dibuka

Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada wartawan bahwa suatu tes antigen akan mempercepat proses pengujian lebih lanjut karena tes ini hanya mencari keberadaan protein virus di hidung, tidak seperti tes asam nukleat yang lebih rumit dan memakan waktu.

“Mesin-mesin untuk tes tersebut, ada 20 ribu yang digunakan di AS karena mesin-mesin ini umum digunakan untuk hal-hal seperti tes flu dan radang tenggorokan,” kata pejabat itu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan negara-negara untuk memastikan bahwa pandemi telah terkontrol sebelum memulai kembali aktivitas normal. Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (11/5) mengatakan bahwa negara-negara harus memiliki sistem pengawasan untuk dapat mendeteksi dan mengatasi kemunculan kembali kasus-kasus serta memastikan bahwa sistem kesehatan mereka dapat menanggulangi kemungkinan kemunculan kembali kasus setelah memulai kembali aktivitas normal.

BACA JUGA: WHO Peringatkan agar Melonggarkan Lockdown dengan Hati-Hati

Ia juga mengatakan ada sekitar tujuh atau delapan calon vaksin “utama” di antara sekian banyak yang sedang dikembangkan di berbagai penjuru dunia. Ia mengatakan meskipun beberapa bulan silam para pakar memperkirakan proses membuat suatu vaksin untuk digunakan masyarakat akan perlu waktu 12 hingga 18 bulan, ada upaya-upaya untuk mempercepat proses itu dengan dukungan 8 miliar dolar dana yang dijanjikan pekan lalu.

Di berbagai penjuru dunia, jumlah kasus virus corona terkonfirmasi mencapai sekitar 4,2 juta. Menurut data dari Johns Hopkins University, jumlah kematian global lebih dari 286 ribu. [uh/ab]