Orangutan Sumatera berusia 30 tahun bernama Hope yang ditembaki dengan 74 peluru dan mengalami patah tulang bahu telah usai menjalani operasi. Operasi tersebut dilakukan di Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), Minggu (17/3).
Namun, dokter hewan dari Yayasan Ekosistem Lestari-Sumatran Orangutan Conservasion Programme (YEL-SOCP), Yenny Saraswati mengatakan timnya masih memprioritaskan operasi patah tulang ketimbang pengangkatan peluru yang bersarang di tubuh Hope.
"Karena dia orangutan liar jadi masih kami kasih obat penenang supaya recovery bekas lukanya tidak dirusak sama Hope. Secara keseluruhan kondisinya jauh lebih baik daripada pertama kali datang. Tidak, untuk sementara kami masih prioritas perbaikan patah tulangnya dulu. Karena patah tulangnya lebih membahayakan daripada peluru," kata Yenny kepada VOA, Senin (18/3).
Lanjut Yenny, dibutuhkan waktu sebulan untuk mengembalikan kondisi Hope menjadi stabil. Sementara untuk perbaikan gizi dari Orangutan Sumatera itu dibutuhkan waktu hingga tiga bulan. Penanganan selanjutnya tim dokter akan coba memulai pengobatan untuk luka-luka di tubuh Hope. Lalu, secara perlahan tim dokter juga akan coba perbaiki mental dari Orangutan Sumatera tersebut.
"Terus terang, dia sangat takut sekali dengan manusia. Dia sangat trauma sekali. Itu anaknya juga mati," jelas Yenny.
BACA JUGA: Ditembak 74 Peluru Senapan Angin, Induk Orangutan ButaSementara untuk pengangkatan puluhan peluru yang masih bersarang di tubuh Hope akan dilakukan setelah kondisi dari orangutan Sumatera tersebut jauh lebih stabil ketimbang sekarang.
"Dari 74 kami baru angkat tujuh peluru, tergantung kondisi Hope," sebut Yenny.
Di lain sisi, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo menjelaskan kondisi Hope begitu memprihatinkan. Setelah ditinggal anaknya yang mati, orangutan Sumatera tersebut juga mengalami kebutaan akibat tembakan dari senapan angin yang menerjang tubuhnya. Alhasil, peluang untuk Hope dilepasliarkan ke alam bebas sangat tidak mungkin terjadi.
"Perlu kami sampaikan Hope tidak mungkin dilepasliarkan lagi karena dia buta total. Mata yang kanan sudah kena tembakan mungkin sekitar 2 atau 3 bulan lalu, itu sudah buta duluan. Terakhir yang kita temukan 2 hingga 3 butir peluru di mata kirinya sehingga terpaksa diangkat karena pendarahan hebat pada pupil dan kornea, sekarang benar-benar sudah buta," urai Sapto kepada VOA.
BKSDA Aceh mengimbau kepada seluruh masyarakat di wilayah Aceh agar tidak melakukan perburuan terhadap satwa liar yang dilindungi. Masyarakat diminta untuk melaporkan kepada petugas apabila ditemukan konflik antara manusia dengan satwa liar yang dilindungi. BKSDA Aceh juga telah mengirim surat kepada kepolisian wilayah Aceh agar dapat dilakukan penertiban terhadap peredaran senapan angin yang sangat tidak dibenarkan untuk perburuan satwa.
"Penggunaannya hanya untuk olahraga bukan berburu dan harus ada izin, dengan dasar itu kami memperhatikan beberapa kasus tidak hanya di Aceh. Saya kirim ke Kapolda Aceh agar mohon dukungan untuk dilakukan penertiban penggunaan senapan angin yang tidak ada izin," tandasnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Untuk diketahui, Hope dievakuasi dari perkebunan kelapa sawit milik masyarakat di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Aceh, pada Minggu (10/3) lalu. Pada saat ditemukan, orangutan Sumatera tersebut dalam kondisi kritis setelah dihujani 74 peluru senapan angin oleh oknum yang belum diketahui identitasnya hingga sekarang.
Bukan hanya itu, bayi dari Hope yang baru berumur sebulan mati karena malnutrisi dan syok berat ketika berada dalam perjalanan menuju Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan Sibolangit. Sementara, saat ini polisi dan Gakkum LHK Sumut masih melakukan penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi terkait penembakan terhadap orangutan Sumatera tersebut. [aa/em]