Para pelindung satwa liar mengkhawatirkan kemungkinan punahnya orangutan di Indonesia.
Para pelindung satwa liar memperingatkan bahwa ratusan orangutan di Indonesia mungkin bisa punah menjelang akhir tahun ini apabila pekebunan-perkebunan kelapa sawit terus menerus membuka lahan dengan cara membakar hutan rawa yang merupakan habitat mereka.
Ian Singleton, direktur Program Perlindungan Orangutan Sumatera, mengatakan orangutan Sumatera yang hidup di hutan Tripa di sepanjang pantai Provinsi Aceh hampir tidak bisa bertahan.
“Pembakaran hutan yang sengaja dilakukan saat ini tidak dimaksudkan untuk membersihkan hutan. Apa yang mereka lakukan adalah menebang pohon-pohon di hutan dulu dan kemudian membakar hutan untuk membersihkan semak-semak. Tetapi, apa yang kami lihat di sini adalah serangan terhadap orangutan. Jelas, perusahaan-perusahan ini membiarkan ini terjadi.
Laju penghancuran, pembakaran, dan semuanya ini meningkat pesat dalam beberapa minggu belakangan, tidak termasuk tahun lalu. Ini jelas dilakukan secara sengaja oleh perusahaan-perusahaan ini untuk membersihkan semua hutan yang tersisa di provinsi-provinsi itu. Sekarang, setelah mereka melakukan itu, semuanya punah,” paparnya.
Singleton mengatakan walaupun hutan itu resminya dilindungi, hutan itu dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit. Pembakaran yang dilakukan untuk membersihkan lahan kadang-kadang mencapai bagian dalam hutan, mengakibatkan orangutan lari ke luar dari hutan. Satwa-satwa yang keluar hutan berisiko ditangkap atau dibunuh oleh penduduk.
Singleton mengatakan jika tidak ada tindakan yang diambil untuk melindungi satwa itu, banyak orangutan akan mati, apakah akibat pembakaran itu, atau kelaparan dan kekurangan makanan karena sumber-sumber makanan mereka hilang.
Kelompok Pelindung Orangutan Sumatera mengatakan hanya tinggal kurang dari 200 orangutan yang terdapat di Tripa saat ini. Pada 1990-an jumlahnya masih sekitar 3.000.
Ian Singleton, direktur Program Perlindungan Orangutan Sumatera, mengatakan orangutan Sumatera yang hidup di hutan Tripa di sepanjang pantai Provinsi Aceh hampir tidak bisa bertahan.
“Pembakaran hutan yang sengaja dilakukan saat ini tidak dimaksudkan untuk membersihkan hutan. Apa yang mereka lakukan adalah menebang pohon-pohon di hutan dulu dan kemudian membakar hutan untuk membersihkan semak-semak. Tetapi, apa yang kami lihat di sini adalah serangan terhadap orangutan. Jelas, perusahaan-perusahan ini membiarkan ini terjadi.
Laju penghancuran, pembakaran, dan semuanya ini meningkat pesat dalam beberapa minggu belakangan, tidak termasuk tahun lalu. Ini jelas dilakukan secara sengaja oleh perusahaan-perusahaan ini untuk membersihkan semua hutan yang tersisa di provinsi-provinsi itu. Sekarang, setelah mereka melakukan itu, semuanya punah,” paparnya.
Singleton mengatakan walaupun hutan itu resminya dilindungi, hutan itu dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit. Pembakaran yang dilakukan untuk membersihkan lahan kadang-kadang mencapai bagian dalam hutan, mengakibatkan orangutan lari ke luar dari hutan. Satwa-satwa yang keluar hutan berisiko ditangkap atau dibunuh oleh penduduk.
Singleton mengatakan jika tidak ada tindakan yang diambil untuk melindungi satwa itu, banyak orangutan akan mati, apakah akibat pembakaran itu, atau kelaparan dan kekurangan makanan karena sumber-sumber makanan mereka hilang.
Kelompok Pelindung Orangutan Sumatera mengatakan hanya tinggal kurang dari 200 orangutan yang terdapat di Tripa saat ini. Pada 1990-an jumlahnya masih sekitar 3.000.