Organisasi HAM & Kemanusiaan Dorong Akses Bantuan di Ethiopia

Orang-orang mengantri untuk mendapatkan bantuan makanan di Sekolah Dasar Tsehaye, yang diubah menjadi tempat penampungan bagi warga yang terdampak konflik, di Kota Shire, Provinsi Tigray, Ethiopia, pada 15 Maret 2021. (Foto: Reuters/Baz Ratner)

Badan Pangan Dunia (WFP), Human Rights Watch dan organisasi-organisasi lain semakin mengintensifkan seruan mereka kepada para pihak yang berseteru di Ethiopia untuk menghentikan pelanggaran dan mengijinkan pengiriman bantuan darurat kepada jutaan warga sipil yang menghadapi risiko dalam konflik yang terjadi dalam setahun terakhir ini.

Mereka yang terlantar akibat pertempuran di wilayah timur Amhara, Ethiopia, mengatakan selain aksi kekerasan langsung akibat perang, mereka juga berjuang mengatasi kelaparan dan tidak terpenuhinya kebutuhan medis yang penting.

Diwawancarai VOA, warga di sebuah kamp pengungsi di ibu kota Amhara, Bahir Dar, menyampaikan tentang begitu seringnya kematian dan pemakaman individu yang meninggal terjadi dalam beberapa minggu terakhir ini karena kelaparan dan kurangnya obat-obatan di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Perdana Menteri Ethiopia Pimpin Tentara “Di Garis Depan” dalam Konflik dengan Pasukan Tigray

Wilayah Amhara terletak tepat di selatan wilayah Tigray, di mana pasukan pemerintah Ethiopia dan sekutu mereka memulai pertempuran pada November 2020 lalu untuk menyudahi pemberontakan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).

TPLF adalah kelompok yang mendominasi politik Ethiopia sebelum berkuasanya Perdana Menteri Abiy Ahmed. Konflik itu telah menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa ribuan lainnya mengungsi ke wilayah tetangga, termasuk Amhara dan Afar.

21 Juta Penduduk Butuh Bantuan Kemanusiaan Darurat

Komisaris Koordinasi Program Pencegahan Bencana dan Keamanan Pangan Amhara, Zelalem Lijalem, mengatakan kira-kira sepertiga dari lebih 21 juta penduduk di kawasan itu membutuhkan bantuan kemanusiaan darurat.

Fatuma Hussein, 65, duduk bersama keluarganya di tempat penampungan di kamp pengungsi di Kota Dessie, Amhara, Ethiopia, pada 7 Oktober 2021. Banyak warga yang bernasib sama seperti Hussein di mana mereka terpaksa mengungsi akibat konflik yang melanda Ethiopia. (Foto: Reuters)

Dalam konferensi pers pada Senin (22/11) di Bahir Dar, ia mengatakan warga Amhara, termasuk 2,1 juta pengungsi internal dan 5 juta lainnya di daerah-daerah yang dikuasai TPLF, kini sangat membutuhkan bantuan tersebut.

Sementara dalam jumpa pers di Jenewa pada Selasa (23/11), juru bicara WFP, Tomson Phiri, mengatakan pertempuran telah “menutup koridor utama ke Tigray dan Amhara, yang secara substansial memotong akses pemberian bantuan.”

Meskipun demikian WFP, tambahnya, telah berhasil memberikan bantuan makanan dan gizi pada 2,6 juta orang di Tigray, 220 ribu orang di Amhara dan 124 ribu lainnya di Afar.

Menanggapi pertanyaan tertulis dari VOA pada Rabu (24/11), juru bicara WFP yang lain, Kyle Wilkinson, mengatakan menurut perkiraan pemerintah Ethiopia ada sekitar 1,7 juta orang yang telah mengungsi di wilayah Amhara saja. Selain itu, sekitar 3,7 juta orang di wilayah tersebut “sangat membutuhkan bantuan pangan.”

BACA JUGA: Amnesty Rinci Laporan Pemerkosaan oleh Pasukan Tigray di Amhara

Phiri mengatakan lembaganya telah memulai “operasi besar-besaran selama dua minggu untuk mengirim bantuan makanan bagi 450 ribu orang” di kota Kombolcha dan Dessie, di bagian utara Ethiopia.

“Agar WFP dapat meningkatkan pengiriman bantuan makanan untuk menyelamatkan 3,7 juta jiwa di bagian utara Ethiopia maka semua pihak harus bekerja sama memfasilitasi pergerakan pasokan melintasi garis pertempuran sehingga memungkinkan akses pada populasi yang terkena dampak, di mana pun dan kapan pun diperlukan,” tambah Phiri.

Lebih jauh ia mengatakan WFP mengalami kekurangan anggaran sebesar $546 juta dalam upaya “menyelamatkan dan mengubah kehidupan 12 juta orang di Ethiopia selama enam bulan ke depan.” [em/lt]