Berbagai organisasi masyarakat di Bali melakukan aksi keprihatinan menyusul bentrokan warga di Lampung, yang melibatkan pendatang dari Bali.
Sekitar 1.000 orang dari berbagai organisasi masyarakat (ormas) di Bali berdemonstrasi di Denpasar pada Rabu (31/10), sebagai bentuk keprihatinan terhadap bentrokan warga di Lampung, yang melibatkan pendatang dari Bali.
Aksi yang dilakukan ormas seperti Laskar Bali, Baladika Bali, Pemuda Bali Bersatu dan Cakra Wahyu itu dilakukan di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Bali, menyerukan kelompok yang bertikai di Lampung untuk mengedepankan semangat toleransi dalam menyelesaikan permasalahan.
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan Ketua Pemuda Bali Bersatu Made Muliawan Aryasa, gabungan ormas Bali meminta polisi bertindak cepat dalam menyelesaikan kasus-kasus bentrok antar kelompok warga yang mengancam persatuan bangsa, termasuk melakukan penyelidikan terhadap kasus bentrok antar kelompok warga di Lampung
“Para pihak yang terlibat dalam kasus tersebut agar tidak ditunggangi oleh muatan politik. Dan kami menyerukan kepada kedua belah pihak secepatnya kembali ke konsep Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Made.
Sementara itu, wakil ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Bali, Gunawan, menyatakan bentrok warga yang terjadi di Lampung dan berbagai daerah lainnya, menunjukkan lemahnya peran aparat keamanan yang bertugas di tingkat desa.
Ketua DPRD Bali Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi meminta organisasi masyarakat (Ormas) di Bali untuk tidak mengirim pasukan ke Lampung dengan alasan membela warga Bali di Lampung. Warga Bali di Lampung yang kini tinggal di pengungsian, saat ini lebih membutuhkan bantuan makanan dan pakaian.
Oka Ratmadi berharap masyarakat Bali lebih bijaksana dalam menyingkapi peristiwa di Lampung tersebut.
Kantor berita AFP melaporkan bahwa 12 orang telah tewas dan lebih dari 1.600 lainnya harus mengungsi dari rumahnya, menyusul bentrokan antar kelompok etnis di Lampung Selatan.
Lebih dari 2.000 polisi telah dikerahkan untuk meredam kekerasan yang mulai terjadi Minggu (28/10), ujar juru bicara polisi Sulistyaningsih, dengan menambahkan bahwa situasi sekarang sudah tenang.
Kekerasan itu terjadi antara komunitas Hindu Bali di desa Balinuraga dan warga desa Sidoreno, yang mayoritas Muslim. Laporan media menyatakan bahwa tawuran bermula saat dua orang gadis asal desa Agom yang sedang mengendarai sepeda motor diganggu pemuda asal desa Balinuraga sehingga terjatuh dan mengalami luka-luka.
Aksi yang dilakukan ormas seperti Laskar Bali, Baladika Bali, Pemuda Bali Bersatu dan Cakra Wahyu itu dilakukan di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Bali, menyerukan kelompok yang bertikai di Lampung untuk mengedepankan semangat toleransi dalam menyelesaikan permasalahan.
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan Ketua Pemuda Bali Bersatu Made Muliawan Aryasa, gabungan ormas Bali meminta polisi bertindak cepat dalam menyelesaikan kasus-kasus bentrok antar kelompok warga yang mengancam persatuan bangsa, termasuk melakukan penyelidikan terhadap kasus bentrok antar kelompok warga di Lampung
“Para pihak yang terlibat dalam kasus tersebut agar tidak ditunggangi oleh muatan politik. Dan kami menyerukan kepada kedua belah pihak secepatnya kembali ke konsep Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Made.
Sementara itu, wakil ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Bali, Gunawan, menyatakan bentrok warga yang terjadi di Lampung dan berbagai daerah lainnya, menunjukkan lemahnya peran aparat keamanan yang bertugas di tingkat desa.
Ketua DPRD Bali Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi meminta organisasi masyarakat (Ormas) di Bali untuk tidak mengirim pasukan ke Lampung dengan alasan membela warga Bali di Lampung. Warga Bali di Lampung yang kini tinggal di pengungsian, saat ini lebih membutuhkan bantuan makanan dan pakaian.
Oka Ratmadi berharap masyarakat Bali lebih bijaksana dalam menyingkapi peristiwa di Lampung tersebut.
Kantor berita AFP melaporkan bahwa 12 orang telah tewas dan lebih dari 1.600 lainnya harus mengungsi dari rumahnya, menyusul bentrokan antar kelompok etnis di Lampung Selatan.
Lebih dari 2.000 polisi telah dikerahkan untuk meredam kekerasan yang mulai terjadi Minggu (28/10), ujar juru bicara polisi Sulistyaningsih, dengan menambahkan bahwa situasi sekarang sudah tenang.
Kekerasan itu terjadi antara komunitas Hindu Bali di desa Balinuraga dan warga desa Sidoreno, yang mayoritas Muslim. Laporan media menyatakan bahwa tawuran bermula saat dua orang gadis asal desa Agom yang sedang mengendarai sepeda motor diganggu pemuda asal desa Balinuraga sehingga terjatuh dan mengalami luka-luka.