Pak Soeko, Diaspora Asal Solo di Zona Merah Virus Corona New York 

Ambulans berjajar di pintu gawat darurat Rumah Sakit Mount Sinai di Manhattan di tengah pandemi virus corona, di New York, 13 April 2020. (Foto: Reuters)

Kota New York, masih menjadi pusat pandemi virus corona di Amerika Serikat. Hingga berita ini diturunkan, lebih dari 160 ribu warga dinyatakan positif Covid-19, 2.500 orang meninggal dunia dan puluhan ribu lainnya masih diisolasi dan dirawat di rumah sakit yang tersebar di lima wilayah seperti Brooklyn, Queens, Manhattan, Bronx dan Staten Island.

BACA JUGA: Dua Diaspora Indonesia Angkat Isu Rasisme dan Xenofobia di Era Corona Lewat Karya Foto

Suasana kota terlihat sepi, semua toko, perkantoran dan pusat-pusat keramaian masih ditutup. Aturan jam malam di mana warga dianjurkan tidak keluar rumah dari pukul 20.00 waktu setempat, masih diberlakukan oleh pemerintah kota.

Di tengah kota yang sedang dalam keadaan darurat, seorang diaspora Indonesia asal Kota Solo masih terus menjalankan tugasnya untuk bekerja di Rumah Sakit Mount Sinai, Manhattan. Setiap malam, sekitar pukul 20.00 atau 21.00, Soeko Prasetyo atau yang sering disapa Pak Soeko ini, berangkat kerja dengan kereta bawah tanah atau bus umum, menembus kota yang sunyi.

Soeko Prasetyo atau Pak Soeko berswafoto di tempat kerjanya. (Foto: Soeko Prasetyo)

Pak Soeko yang berusia 79 tahun memang lebih suka bekerja shift malam di rumah sakit ini, tempat dia bekerja sebagai petugas keamanan selama 22 tahun terakhir. Alasannya, agar dia masih bisa berkegiatan di siang hari, seperti membantu sesama diaspora Indonesia atau sekadar nonton pertunjukan teater Broadway bersama istrinya.

Namun sejak pandemi virus corona menghantui Kota New York, kondisi rumah sakit dibanjiri ribuan pasien Covid-19. Situasi darurat 24 jam ini menyebabkan Pak Soeko seringkali harus bekerja lembur hingga 16 jam sehari.

“Pengalaman saya kerja malam itu, lebih ringan daripada kerja pagi. Tapi kenyataannya sama saja," ujar pria yang suka tersenyum dan semangat di usia yang tidak lagi muda.

"Banyak yang datang malam hari dengan ambulans sehingga emergency jadi penuh. Ada yang kena tusuk, ada yang sakit jiwa. Dan tentu saja ada yang kena corona,” imbuhnya.

BACA JUGA: Cuomo: New York Mungkin Buka Sebagian 15 Mei

Tugas Berat

Di Mount Sinai, Soeko ditugaskan untuk menjaga bagian klinik yang merupakan fasilitas khusus untuk merawat pasien-pasien virus corona, lengkap dengan ruang isolasi. Fasilitas itu mempunyai sistem penjagaan yang sangat ketat. Pasien yang sudah dites positif masuk melalui pintu berbeda dan langsung dirawat di kamar-kamar isolasi.

“Pasien-pasien yang sudah positif virus corona tidak masuk ke emergency room, tapi langsung masuk ke kamar-kamar isolasi,” papar Pak Soeko.

Pasien-pasien yang menderita penyakit lain ditempatkan di berbagai fasilitas perawatan darurat di luar rumah sakit.

“Karena pasien corona sangat banyak dan perlu ruangan isolasi, maka pasien-pasien biasa yang lain yang tidak terpapar virus corona dibuatkan tenda khusus di luar rumah sakit. Juga di lobi-lobi rumah sakit,” tambah Soeko.

Rumah sakit darurat di taman Central Park, New York.

Agar terhindar dari virus corona, Soeko juga harus memenuhi berbagai protokol keamanan dan kesehatan setiap kali memasuki rumah sakit.

Tugas berat bagi Pak Soeko sebagai petugas keamanan adalah memastikan agar kerabat pasien tidak menjenguk sebagai bagian standar keamanan.

“Mount Sinai memutuskan tidak memperbolehkan visitor (pengunjung.red). Ini memang tugas berat untuk keamanan. Karena kalau ada yang sakit, keluarga ingin ikut. Kalau perempuan melahirkan, ingin melihat bayi,” tutur Soeko yang sudah hampir 50 tahun menetap di kota New York.

BACA JUGA: Sedikitnya 33 WNI di New York Terjangkit Covid-19, 10 Meninggal

Selain klinik, Pak Soeko juga bertanggung jawab terhadap keamanan di apartemen untuk para dokter dan asrama mahasiswa fakultas kedokteran Icahn School of Medicine.

Dari Solo ke New York

Bekerja di bidang keamanan dan investigasi bukan hal baru bagi Soeko. Menjadi polisi dan penyelidik swasta pernah dilakoni pria yang lahir dan besar di Kota Solo, lalu pindah dan bekerja di Wonogiri.

Pada 1971, Bustanil Arifin, mantan menteri koperasi era Presiden Soeharto, mengirim Soeko ke Kota New York untuk tujuan menjual produk-produk kerajinan Indonesia untuk mengangkat perdangangan dan ekonomi ekspor Indonesia.Soeko yang masih muda, terpilih masuk kedalam tim dan berangkat ke kota New York.

Seorang perempuan keluar dari Rumah Sakit Mount Sinai di Manhattan, melewati berbagai ucapan terima kasih di tengah pandemi Covid-19 di Kota New York, 7 April 2020. (Foto: Reuters)

Setelah tiga tahun menetap di New York, visa bisnis Soeko habis masa berlaku. Lalu agar bisa tetap tinggal bekerja secara legal di Amerika Serikat, Soeko banting setir menjadi supir di Misi Oman untuk PBB pada 1978. Kemudian dia masuk ke bidang keamanan dengan menjadi penyelidik swasta di Harper Associates pada 1985. Pekerjaannya sebagai detektif swasta itu membawa Soeko masuk Kepolisian New York (New York Police Department/NYPD) sebagai anggota unit bantuan kepolisian.

Pada 1995, Soeko memilih memulai usaha sendiri sebagai detektif swasta. Selama menjalani pekerjaan sebagai detektif swasta, dia berkesempatan bekerja dengan berbagai komunitas intelijen di AS, seperti Biro Penyelidik Federal (the Federal Bureau of Investigation/FBI), U.S. Marshall, dan Dinas Bea Cukai AS. Pada 2009, Soeko memilih pensiun.

Soeko Prasetyo dan istrinya, Barbara Neal Prasetyo. (Foto: Soeko Prasetyo)

Sebelum virus corona merebak, Pak Soeko masih aktif di sejumlah organisasi diaspora Indonesia di New York, seperti Ikatan Warga Indonesia (IWI) dan Indonesian House of New York.

Walau usia sudah senja, Soeko belum bisa berhenti dari pekerjaannya sebagai petugas keamanan di Rumah Sakit Mount Sinai, yang sudah dijalani sejak 1998. Padahal dengan usianya, Pak Soeko termasuk kelompok yang rentan terpapar virus corona.

“Saya tetap menjaga kesehatan dan selalu pakai masker,” ujar Soeko.

Saat berita ini ditulis, meski kondisi badan sehat, Soeko terpaksa harus menjalani karantina mandiri. Dia harus tinggal dirumah untuk merawat istrinya, Barbara Neal, yang sedang sakit.

“Semoga masalah virus corona cepat berlalu dan kita semua pulih,” harap Soeko menutup wawancara dengan VOA. [nr/ft]