Pakar Arkeologi Upayakan Perlindungan Situs Sejarah dan Artifak di Irak dan Suriah

Dua patung kuno banteng bersayap Asiria di Museum Nasional Irak di Baghdad, 1 Maret 2015 (Foto: dok/AP Photo/Karim Kadim, File).

Penjarahan dan pengrusakan tempat-tempat bersejarah dan artifak-artifak oleh militan ISIS di Irak dan Suriah menimbulkan kemarahan di seluruh dunia.

Pakar arkeologi prihatin kalau situs-situs penting dan rawan itu dirusakkan secara permanen oleh ekstrimis itu. Arkeologis dan penegak hukum sedang berjuang untuk melindungi kerugian lebih jauh benda-benda warisan yang sangat bernilai itu.

Kaum ekstrimis Islam itu merasa bahwa mereka telah membuat berita dan memancing kemarahan di seluruh dunia, karena benda-benda kuno dan situs-situs arkeologi penting itu dihancurkan dengan pukul besi dan diratakan dengan tanah.

Pakar khusus arkeologi Mesopotamia di Oriental Institute, University of Chicago, Gibson McGuire mengatakan, pengrusakan baru-baru ini di Museum Mosul dan di situs kuno Assyrian, ibukota Nimrud bermaksud untuk memicu kemarahan.

Gibson mengatakan “Itu merupakan bukti dari keagungan masa silam Irak, yang juga merupakan bagian dari dunia. Bukan hanya budaya Irak,” katanya.

Tetapi kata Gibson, berdasar pengalaman lalu, militan Islamis itu menggunakan gambar pengrusakan itu untuk mengelabui gerakannya menyelundupkan benda-benda bersejarah yang lebih kecil, keluar dari negara itu.

Arkeologis seperti Gibson telah mencoba untuk mencari dan mengembalikan benda-benda bersejarah itu ke Museum Nasional Irak. Upaya itu terus dilakukan meskipun berbahaya.