Pakar Ragukan Jumlah Penderita di Sebagian Negara Asia Tenggara

Para petugas memeriksa suhu para pelawat di pos imigrasi Myawaddy, dekat perbatasan Thailand, 23 Maret 2020. (Foto: Reuters)

Para pakar kesehatan mengatakan rendahnya jumlah penderita virus corona (COVID-19) yang dilaporkan sebagian negara Asia Tenggara, sangat terkait dengan minimnya tes.

Mereka memperingatkan angka yang tidak akurat mungkin memberikan kesan aman yang jauh dari kenyataan, dan membantu menyebarkan virus mematikan itu.

Laos dan Myanmar, yang sama-sama berbatasan dengan China, di mana pandemi virus korona merebak akhir tahun lalu, masih melaporkan nol kasus awal pekan lalu. Laos sejak itu mengonfirmasi enam kasus hingga Sabtu (28/3). Myanmar, yang berbatasan dengan China sepanjang lebih dari 2.000 kilometer, mengonfirmasi lima penderita.

Kamboja dan Vietnam, yang juga memiliki hubungan budaya dan komersial yang erat dengan China, melaporkan 104 dan 169 orang yang terinfeksi. Angka penderita virus corona di kedua negara itu lebih banyak dari Laos atau Myanmar, tapi masih pada tingkat rendah.

"Itu konsekuensi dari sangat terbatasnya kapasitas tes dan pengawasan yang lemah, dan itu kenyataannya," kata Mark Simmerman, seorang konsultan kesehatan di Thailand dan bekas pakar epidemiologi bagi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS yang pernah menangani respon kawasan itu terhadap wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2003.

"Angka yang sangat kecil itu tidak realistis," katanya.

Sementara Indonesia, Malaysia dan Thailand, masing-masing telah melaporkan ribuan kasus, meskipun disana sebagian pakar kesehatan mengeluh. Di Indonesia, kepala Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla mengatakan kemungkinan ada infeksi jauh lebih banyak dibanding yang dilaporkan negara itu, karena tes yang rendah. [vm/ii]